Ibu yakin kamu kuat Suatu sore, sepulang dari rutinitas ku, sang gadis kecilku menemuiku dengan wajah sumringah "ibu, aku tadi main sepede jauh sekali lo, aku kuat, nggak ada capek, aku bisa mengayuh sepedaku sampai jauh" "iyakah" "iya" "luar biasa anak ibu" Seperti biasa dia akan memelukku tiap kali selesai bercerita tentang pengalamannya setiap hari selama aku tidak ada di rumah. Malamnya... "ibu, dulu waktu ibu seusia aku, ibu juga bersepeda seperti aku?" aku mengangguk "kemana saja ibu bermain sepeda?" "kemana saja yang ibu mau, bermain bersama teman dan pulang nya tidak boleh sore2 karena harus membantu nenek di rumah" "oya, berarti aku juga harus membantu ibu di rumah?" "iya dong, kan anak perempuan memang harus membantu ibu di rumah" "baiklah besok aku akan membantu ibu di rumah" Kembali pelukan hangat mengakhiri cerita kami malam itu. Dalam pelukan ku, dia tertidur,
Seiring mentari pagi yang bersinar menerangi bumi, mahkota kembang sepatu inipun perlahan menyempurnakan kelopaknya. Dengan proses yang kita lihat "ah biasa saja" ternyata bisa saja dia mengalami berbagai cobaan, terpaan, dan ujian yang sangat mencekam. Coba amati lebih dalam... Andai kita tahu betapa penuh perjuangannya dia bisa kokoh berdiri di ujung ranting yang mungil dan ringkih itu, mulai dari dia tumbuh sampai memekarkan seluruh kelopaknya. Ah... andai saja kita tahu bahwa lima menit yang lalu ada sepasang tangan mungil hendak mengakhiri hidupnya, jari jemari lentik yang dengan gemasnya ingin memetik, hanya sekedar untuk memiliki nya. Dan entah untuk apa, bisa jadi untuk dijadikan hiasan kamarnya. Atau hanya ingin memetiknya lalu membuangnya begitu saja tanpa perasaan berdosa. Dan hingga saat ini dia masih kokoh berdiri, tak berubah, tak berpindah tempat dari posisinya bahkan semakin memperlihatkan kekuatannya. Dan aku masih bisa menikmati indahnya. Men