rmol.co |
Di saat penyesalan itu datang yang ada hanyalah duka yang teramat dalam dan sangat menyesakkan dada. Ingin rasanya untuk mengulang kembali sejarah masa lalu itu dengan tekad ingin memperbaiki semua. Namun apa daya dia telah pergi dan sudah bukan milik kita lagi.
Aku seorang lelaki yang menikah dengan seorang janda beranak satu. Setelah satu tahun pernikahan aku sudah menjadi ayah untuk dua anak lelaki (satu anak bawaan istriku dan satu lagi anakku). Awalnya kami menikah baik-baik saja dan sampai suatu ketika kami bertengkar hebat hanya karena masalah istriku tidak betah denganku untuk menemaniku bekerja dan menetap di luar daerah. Ya memang jauh sih, Irian. Sementara istriku anak perempuan satu-satunya dari lima bersaudara dan tinggal di Riau. Dan hanya dia yang mampu merawat ayahnya yang terkena stroke. Dia juga meninggalkan anaknya yang sedang sekolah. Kami hanya membawa satu anakku saja yang berumur 2 tahun. Lagipula anakku juga mengalami alergi kulit karena tidak cocok dengan air di wilayah tempat tinggalku.
Dia sudah mau mengalah menuruti kemauanku untuk ikut denganku dan meninggalkan orang-orang kesayangannya yang kutahu sangat berat baginya. Dia juga mau hidup apa adanya meninggalkan semua kemewahan sewaktu di rumah orangtuanya. Masalahnya hanya karena aku kewalahan menghadapi istriku karena aku harus keluar kota. Aku dilema antara meninggalkannya sendiri atau membawanya ikut bekerja. Belum lagi anakku masih sangat kecil, kasihan jika harus kubawa dalam perjalanan yang jauh masuk dan melewati hutan, ke kampung-kampung, melalui jalan yang becek dan berlumpur. Jika kutinggalkan sendirian di rumah, aku khawatir istri dan anakku kenapa-kenapa karena jarak satu rumah dengan yang lain lumayan jauh. belum lagi jika mati lampu, anakku sakit dll... Ah,,,, banyak lagi pikiranku yang lain. Lokasi rumah kami yang di pelosok membuatku sangat mengkhawatirkannya. Dia hanya diam jika aku bertanya apa dia baik-baik saja.
Dia sudah mau mengalah menuruti kemauanku untuk ikut denganku dan meninggalkan orang-orang kesayangannya yang kutahu sangat berat baginya. Dia juga mau hidup apa adanya meninggalkan semua kemewahan sewaktu di rumah orangtuanya. Masalahnya hanya karena aku kewalahan menghadapi istriku karena aku harus keluar kota. Aku dilema antara meninggalkannya sendiri atau membawanya ikut bekerja. Belum lagi anakku masih sangat kecil, kasihan jika harus kubawa dalam perjalanan yang jauh masuk dan melewati hutan, ke kampung-kampung, melalui jalan yang becek dan berlumpur. Jika kutinggalkan sendirian di rumah, aku khawatir istri dan anakku kenapa-kenapa karena jarak satu rumah dengan yang lain lumayan jauh. belum lagi jika mati lampu, anakku sakit dll... Ah,,,, banyak lagi pikiranku yang lain. Lokasi rumah kami yang di pelosok membuatku sangat mengkhawatirkannya. Dia hanya diam jika aku bertanya apa dia baik-baik saja.
Akibat pertengkaran itu aku mengeluarkan kata talak. Dan aku mengusirnya pulang ke rumah orangtuanya. Dan penyesalan pertamaku adalah aku mentalak istriku yang lagi hamil dan aku tidak mengetahui bahwa dia sedang hamil. Yang jelas saat itu, aku ingin bebas darinya, aku ingin lepas karena tak harus pusing dan khawatir lagi olehnya.
Penyesalan kedua, aku memaksa istriku untuk meninggalkan anak kami di Jawa bersama Ibuku sementara aku bekerja di Irian. Sempat dia memohon agar jangan memisahkannya dari anakku tapi emosiku kala itu sangat tinggi sehingga tidak melihat perih hatinya yang anaknya kuambil paksa dari pelukannya. Pikiranku kala itu, dia anakku dan aku lebih berhak sebagai ayahnya. Tak tersentuh hatiku melihat air matanya yang mengalir dengan sangat deras sambil menghiba memohon agar jangan dipisahkan dari anaknya. Tapi jiwa kelaki-lakianku yang tak ingin mengalah membuatku buta tak punya hati nurani dan tak punya mata hati untuk melihat kepedihan hatinya.
Singkat cerita, Sejak istriku kembali ke rumah orangtuanya, aku tak pernah memberinya nafkah. Aku sudah tak peduli dengannya bahkan sampai dia melahirkan. Padahal sebenarnya aku masih bisa rujuk jika aku mau setelah dia melahirkan dan masih dalam masa iddahnya. Tapi tetap saja egoku masih mendidih di benakku. Dan istriku telah melahirkan anak kedua kami yaitu seorang anak perempuan yang cantik.
Bertahun berlalu. Kini mantan istriku itu telah menikah lagi dengan seorang lelaki pilihan orangtuanya. Suaminya bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di daerahnya. Anak perempuanku yang cantik itu hingga detik ini belum pernah kulihat atau kusentuh kulitnya.
Akupun sebenarnya juga sudah menikah dengan seorang janda beranak dua. Tapi pernikahanku yang kedua ini hanyalah petaka bagiku karena istriku ternyata seorang yang keras. Bahkan lebih keras dari mantan istriku yang dulu. Istriku lebih berani melakukan hal-hal yang tidak pernah dilakukan oleh mantan istriku dulu. Baru sekarang aku menyadari bahwa ternyata istriku yang dulu adalah seorang wanita yang baik dan istri yang solehah. Sangat jauh berbeda dengan istriku yang sekarang.
Lalu aku bisa apa sekarang? Aku tak pernah merasakan nyaman di rumah. Istilah rumahku adalah surgaku kini telah berubah menjadi rumahku nerakaku. Aku tak ingin pulang kerumah. Jika aku rindu dengan anakku, aku akan kerumah ibuku dan aku lebih suka menghabiskan waktu bersama anakku. Karena anakku diasuh oleh ibuku. Tidak serumah dengan istriku karena istriku sangat galak. Aku tidak ingin anakku merasa terzolimi oleh ibu tiri. Tapi berat sekali rasanya bagiku untuk menyerahkan anakku pada ibu kandungnya. Meski terkadang terlintas dipikiranku untuk mengembalikan anakku pada ibunya. Karena ibunyalah yang sebaik-baiknya mengurus anaknya.
Tak ikhlas rasanya melihat mantan istriku sedang tertawa bersama suaminya yang kuintip fotonya di media sosial. Ah,,, betapa bahagianya dia bersama suaminya. Sementara diriku hanya berteman nestapa. Tiada lagi kehangatan, gurauan, kemesraan yang dulu selalu kudapatkan darinya. Ingin rasanya aku menceraikan istriku dan kembali padanya tapi aku malu. Ah tidak!, aku tak pantas untuknya. Aku selalu menyakitinya dulu. Tak mungkin dia mau memaafkanku.
Aku benar-benar menyesal menyia-nyiakan istriku
Andaikan saja aku mau sedikit mengalah
Andai saja aku mampu menurunkan egoku
Andai saja aku mau sedikit mengerti keinginannya
Andai saja aku bisa memutar waktu
Mungkin akulah yang sekarang sedang bersandar dibahunya
Menangis dan memeluk erat tubuhnya
Singkat cerita, Sejak istriku kembali ke rumah orangtuanya, aku tak pernah memberinya nafkah. Aku sudah tak peduli dengannya bahkan sampai dia melahirkan. Padahal sebenarnya aku masih bisa rujuk jika aku mau setelah dia melahirkan dan masih dalam masa iddahnya. Tapi tetap saja egoku masih mendidih di benakku. Dan istriku telah melahirkan anak kedua kami yaitu seorang anak perempuan yang cantik.
Bertahun berlalu. Kini mantan istriku itu telah menikah lagi dengan seorang lelaki pilihan orangtuanya. Suaminya bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di daerahnya. Anak perempuanku yang cantik itu hingga detik ini belum pernah kulihat atau kusentuh kulitnya.
Akupun sebenarnya juga sudah menikah dengan seorang janda beranak dua. Tapi pernikahanku yang kedua ini hanyalah petaka bagiku karena istriku ternyata seorang yang keras. Bahkan lebih keras dari mantan istriku yang dulu. Istriku lebih berani melakukan hal-hal yang tidak pernah dilakukan oleh mantan istriku dulu. Baru sekarang aku menyadari bahwa ternyata istriku yang dulu adalah seorang wanita yang baik dan istri yang solehah. Sangat jauh berbeda dengan istriku yang sekarang.
Lalu aku bisa apa sekarang? Aku tak pernah merasakan nyaman di rumah. Istilah rumahku adalah surgaku kini telah berubah menjadi rumahku nerakaku. Aku tak ingin pulang kerumah. Jika aku rindu dengan anakku, aku akan kerumah ibuku dan aku lebih suka menghabiskan waktu bersama anakku. Karena anakku diasuh oleh ibuku. Tidak serumah dengan istriku karena istriku sangat galak. Aku tidak ingin anakku merasa terzolimi oleh ibu tiri. Tapi berat sekali rasanya bagiku untuk menyerahkan anakku pada ibu kandungnya. Meski terkadang terlintas dipikiranku untuk mengembalikan anakku pada ibunya. Karena ibunyalah yang sebaik-baiknya mengurus anaknya.
Tak ikhlas rasanya melihat mantan istriku sedang tertawa bersama suaminya yang kuintip fotonya di media sosial. Ah,,, betapa bahagianya dia bersama suaminya. Sementara diriku hanya berteman nestapa. Tiada lagi kehangatan, gurauan, kemesraan yang dulu selalu kudapatkan darinya. Ingin rasanya aku menceraikan istriku dan kembali padanya tapi aku malu. Ah tidak!, aku tak pantas untuknya. Aku selalu menyakitinya dulu. Tak mungkin dia mau memaafkanku.
Aku benar-benar menyesal menyia-nyiakan istriku
Andaikan saja aku mau sedikit mengalah
Andai saja aku mampu menurunkan egoku
Andai saja aku mau sedikit mengerti keinginannya
Andai saja aku bisa memutar waktu
Mungkin akulah yang sekarang sedang bersandar dibahunya
Menangis dan memeluk erat tubuhnya
Ah... betapa bodohnya aku
Telah menyia-nyiakan wanita sebaik itu
Wanita yang telah memberiku anak-anak yang cantik dan soleh
Wanita yang mau mengalah demi aku
Wanita yang mau menerima aku apa adanya
Wanita yang selalu menenangkan hatiku disaat hatiku gulana
Ya...
Dialah ibu dari anak-anakku
Aku menyesal tak pernah menyentuh dan memeluk gadis kecilku
Meski aku masih bisa bicara lewat ponsel tapi tak lega rasanya jika belum memeluknya
Aku benar-benar merindukannya
Gadis kecil yang comel dan pintar
Maafkan ayahmu ini nak...
Semoga masih ada waktu nanti untuk kita bertemu
Biarlah nestapaku ini menjadi penebus dosa atas semua kesalahanku padamu dulu
Bagi lelaki diluar sana yang sudah mempunyai istri. Jagalah keutuhan rumah tangga kalian dengan sebaik-baiknya. Salah paham itu biasa, bertengkar itu wajar asal jangan sampai mengeluarkan kata talak. Benar kiranya istilah yang kudengar "Suami seperti apa menghasilkan istri seperti apa" Jika sebagai suami kita baik dan benar mendidik istri maka istri juga akan menjadi baik. Jika sebagai suami kita berlaku buruk maka sebaik apapun istri maka akan menjadi buruk dimata kita.
Seburuk apapun istri kita, dialah pilihan kita dulu diantara berjuta wanita di luar sana. Dialah yang mendampingi kita dari nol sampai menjadi seperti sekarang. Pandai-pandailah mengendalikan diri di saat marah dan emosi. Sayangi, hormati dan hargailah istrimu jika kita juga ingin diperlakukan yang sama. Tak gampang untuk mencari pengganti yang lebih baik. Tak gampang untuk mencari ibu tiri yang baik. Jangan pernah sia-siakan seseorang yang sudah kamu miliki. Jangan sampai menyesal sepertiku.
Cerita ini adalah curahan hati seorang lelaki yang berstatus suami yang kutuliskan dengan bahasaku sendiri.
coretanpupu#
Telah menyia-nyiakan wanita sebaik itu
Wanita yang telah memberiku anak-anak yang cantik dan soleh
Wanita yang mau mengalah demi aku
Wanita yang mau menerima aku apa adanya
Wanita yang selalu menenangkan hatiku disaat hatiku gulana
Ya...
Dialah ibu dari anak-anakku
Aku menyesal tak pernah menyentuh dan memeluk gadis kecilku
Meski aku masih bisa bicara lewat ponsel tapi tak lega rasanya jika belum memeluknya
Aku benar-benar merindukannya
Gadis kecil yang comel dan pintar
Maafkan ayahmu ini nak...
Semoga masih ada waktu nanti untuk kita bertemu
Biarlah nestapaku ini menjadi penebus dosa atas semua kesalahanku padamu dulu
Bagi lelaki diluar sana yang sudah mempunyai istri. Jagalah keutuhan rumah tangga kalian dengan sebaik-baiknya. Salah paham itu biasa, bertengkar itu wajar asal jangan sampai mengeluarkan kata talak. Benar kiranya istilah yang kudengar "Suami seperti apa menghasilkan istri seperti apa" Jika sebagai suami kita baik dan benar mendidik istri maka istri juga akan menjadi baik. Jika sebagai suami kita berlaku buruk maka sebaik apapun istri maka akan menjadi buruk dimata kita.
Seburuk apapun istri kita, dialah pilihan kita dulu diantara berjuta wanita di luar sana. Dialah yang mendampingi kita dari nol sampai menjadi seperti sekarang. Pandai-pandailah mengendalikan diri di saat marah dan emosi. Sayangi, hormati dan hargailah istrimu jika kita juga ingin diperlakukan yang sama. Tak gampang untuk mencari pengganti yang lebih baik. Tak gampang untuk mencari ibu tiri yang baik. Jangan pernah sia-siakan seseorang yang sudah kamu miliki. Jangan sampai menyesal sepertiku.
Cerita ini adalah curahan hati seorang lelaki yang berstatus suami yang kutuliskan dengan bahasaku sendiri.
coretanpupu#
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteSemoga mantanku menyesal
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteJOIN NOW !!!
ReplyDeleteDan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.cc
JOIN NOW !!!
ReplyDeleteDan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.cc