hikmatia.blogspot.com |
Rumah tangga mana yang tak pernah diterpa angin? Masih mending jika anginnya sepoi-sepoi, setidaknya masih bisa merasakan sejuk, paling parah ya masuk angin. Tapi bagaimana jika anginnya mulai dari angin kencang, angin ribut, topan, badai, angin puting beliung dan tornado. Belum lagi jika disertai petir dan halilintar, pohon tumbang yang mampu menghancurkan rumah. Wah bisa jadi petaka kan?
Seperti cerita saya ini, Cerita nyata seseorang yang tak bisa saya sebut namanya di sini. Dan mungkin saya tidak akan menceritakannya terlalu detail. Hanya bagian yang penting-penting saja karena saya juga tidak sampai hati menuliskan cerita ini. Antara percaya atau tidak tapi kenyataannya memang inilah yang terjadi.
Ada sepasang suami istri yang awalnya menikah baik-baik saja. Pernikahan mereka dilandaskan rasa cinta satu sama lain. Ada 3 orang anak yang dihasilkan dari pernikahan itu. Keuangan mereka juga terbilang cukup. Tidak kurang juga tidak lebih, penghasilan suaminya yang sebagai karyawan BUMN cukup lah untuk memenuhi semua kebutuhan mereka. Selama lebih dari 10 tahun mereka lalui dengan baik-baik saja.
Namun ntah dari mana awalnya sikap suaminya mulai berubah. Mulai pulang malam, sering dinas di luar kota, kalau menerima telepon sering sembunyi-sembunyi, kecuali jika jelas dari kantor. Handphone nya juga sudah tak pernah lagi tergeletak nganggur di atas meja. Meski tergeletak tapi dikunci padahal sebelumya tidak.
Istrinya mulai curiga terlebih ketika sang anak sulung sering mengeluhkan ayahnya yang jarang pulang. Bagaimana tidak, biasanya anak-anak bermain sepulang ayahnya kerja, tapi sekarang ayahnya lebih sering nginap di luar kota, pulang-pulang juga tak pernah lagi punya waktu untuk bercanda dan bermain bersama anak-anak.
Sampailah suatu ketika istrinya menemukan handphone yang sedang berbunyi di dalam laci lemari. Kebetulan suaminya sedang mandi. Dengan sedikit rasa takut si istri menjawab telepon itu tapi tidak bersuara. Sambil keheranan si istri diam saja mendengar suara manja seorang wanita yang memanggilnya "papa". Karena tidak mendapat jawaban, telepon itu putus, dengan sigap si istri membuka chat bbm, wa dan line suaminya, sontak si istri kaget karena semua chatt itu isinya hanya percakapan mesra mereka berdua.
Wanita mana yang tidak terluka hatinya mendapati suaminya mencintai wanita lain. Padahal si istri baru saja melahirkan anak ketiga mereka beberapa hari yang lalu. sambil berurai air mata, si istri bergumam dalam hati. Pantas saja dia tidak menunggui dan menemaniku melahirkan di rumah sakit, ternyata dia bersama wanita lain.
Handphone suaminya masih dipeluknya erat di dadanya ketika suaminya keluar dari kamar mandi. Mengetahui handphonenya ditangan istrinya, si suami langsung naik pitam dan merebut paksa handphone itu. Tapi percuma toh si istri sudah mengetahui semuanya. Dan akhirnya terjadilah perang hebat di malam itu.
Berbulan-bulan suaminya meninggalkan rumah sejak malam itu. Si istri memenuhi kebutuhannya dengan berjualan roti donat ke sekolah dan warung dekat rumah. si istri juga tidak mengadukannya pada keluarga suami ataupun kepada orangtuanya. Dia memilih diam dan menyimpan semua itu sendiri. Tapi keluarga suaminya merasa bahwa ada perubahan yang signifikan yang terjadi padanya, yang biasanya datang sebulan sekali untuk silaturahmi ke rumah sekarang sudah tidak pernah lagi.
Setelah sang mertua menelepon, barulah tangis si istri pecah. Karena merasakan ada hal yang tidak beres, mertuanya mempertemukan mereka kembali dan mencarikan solusi untuk rumah tangga mereka.
Alhasil, mereka sepakat untuk saling memaafkan dengan syarat tidak boleh diulangi lagi.
Tapi itu tidak berlangsung lama, beberapa bulan kemudian, si suami mulai berulah kembali. Kali ini semakin menjadi karena wanita itu hamil. Wanita itu meminta pertanggungjawaban suaminya yang telah menghamilinya. Dan yang lebih ironisnya lagi, suaminya datang bersama wanita selingkuhannya itu ke rumahnya untuk meminta persetujuan istrinya untuk menikahi wanita itu.
Betapa hancurnya hati sang istri, di depan matanya sendiri, suaminya memamerkan wanita lain bahkan terang-terangan mengatakan ingin menikahinya. Wanita itu menyuruh si suami untuk bermain bersama anak-anaknya di kamar karena ia ingin mengajak bicara istrinya empat mata di ruang tamu dan mengatakan :
"Mbak, maaf jika saya menyakiti hati mbak, jujur ya saya sangat menyukai suami mbak, tapi itupun bukan saya yang mulai. Suami mbak yang merayu saya duluan, suami mbak sering curhat ke saya bahwa mbak tidak bisa melayani suami mbak dengan baik. Saya yakin saya bisa melayani suami mbak lebih baik dan saya janji akan menjaga dan merawat anak-anak mbak dengan baik."
Bagai disambar petir, rasanya ingin menampar wajah wanita itu, tapi diurungkan niatnya karena anaknya yang sulung yang berumur 9 tahun sedang menuju kepadanya meminta dipangku dan bertanya "Siapa tante ini Bu?". Si istri tak bisa menjawab pertanyaan anaknya dan hanya bisa menelan ludah dan menahan air mata.
Setelah dibujuk, anaknya telah kembali lagi ke ayahnya di kamar meski selentingan terdengar anaknya teriak-teriak bertanya sambil berontak "Siapa tante itu Yaaaah? Ali nggak mau punya Ibu baru!"
Kembali ke ruang tamu, si istri sudah berurai air mata dan sesegukan menahan tangis. Dengan terbata-bata si istri berkata :
"Wanita macam apa kamu berani mengambil suami saya? Apakah kamu tidak punya hati dan perasaan berani datang ke rumah saya menampakkan muka menjijikkanmu di depan saya dan anak-anak saya. Bahkan dengan senyuman kemenangan tanpa sedikitpun merasa bersalah? Kamu pikir kamu siapa? dasar wanita tak tahu malu! Jangan kamu berfikir saya akan menerimamu dan menyerahkan anak-anak saya begitu saja. Karena saya tidak mau anak-anak saya bermoral bejat seperti kamu! Tolong jangan rebut suamiku. Kalau kamu cantik kenapa kamu tidak cari lelaki yang lain yang masih lajang, Kenapa harus suamiku?"
Belum sempat untuk mengangkat tubuhnya dari kursi, sang suami keluar dari kamar dan ikut duduk bersama mereka. Dengan tampang tak berdosa si suami berkata seenaknya :
"Sekarang gini aja, saya nggak akan melepaskanmu dan saya memang ingin menikahinya. Bagaimanapun caranya saya tetap akan menikahinya. Jadi kamu harus terima dia, berbuat baiklah dengannya, hargai dia sebagai tamu di rumah kita."
Dengan selengekan tanpa menghargai istrinya, si suami merangkul bahu wanita itu dan menggiringnya ke ruang keluarga dan meninggalkan istrinya yang masih sesegukan di sofa.
Sempat terdengar mereka tertawa berdua dengan cekikikan. Karena si istri lama tak beranjak dari sofa, si suami menghampirinya "Sudahlah, apa lagi yang kamu pikirkan?, tuh anak-anak sudah tidur, waktunya kita senang-senang"
Dengan emosi si istri membantah "Kamu bilang aku harus menghargainya? lalu apakah dia menghargaiku sebagai tuan rumah? Apa maksudmu dengan semua ini?"
"Aku maunya kamu dan dia sama-sama melayaniku malam ini. titik!" kata suaminya sambil mendorong tubuh istrinya ke ruang keluarga.
Hari sudah menunjukkan pukul dua dinihari. Anak-anak sudah tidur pulas dikamarnya. Hanya terdengar suara isakan tangisan istri di kamar. Karena sudah terlalu lama menangis, matanya sembab. Dia menangis karena mendengar desahan mesra suaminya dengan wanita selingkuhannya itu dari ruang keluarga. Ya... mereka bercinta di depan TV, di atas karpet merah tempat biasa anak-anaknya bermain.
Tak lama, suaminya menghampirinya di kamar dan memintanya untuk main bertiga. Karena si istri tidak mau, suaminya memaksa. Tapi si istri tetap menolak. Akhirnya suaminya minta dilayani di kamar saat itu juga. Dengan tangisan si istri melayani juga keinginan suaminya.
Pilu, sungguh pilu, ingin rasanya dia membunuh wanita dan suaminya itu atau menyiramkan air keras ke wajah mereka. Tapi dia masih bersabar karena tidak ingin terjadi keributan yang nanti akan mempermalukan suaminya sendiri.
Di sisa malam itu, si istri memilih tidur bersama anak-anaknya meski sebenarnya dia tidak tidur. Hanya memandang wajah anak-anak sambil berurai air mata. Dan mereka yang sedang di mabuk cinta itu tidur di karpet bekas mereka bergulat.
Masih terngiang-ngiah di telinganya saat ia melayani suaminya, dia mengatakan bahwa wanita itu rasanya lebih manis darinya.
Esok paginya, dia masih mau menyiapkan sarapan untuk suami dan wanita itu dan dia masih sanggup tersenyum saat menghantarkan mereka ke depan pintu pagar. Dan ntah mereka mau pergi kemana. Semua mata tetangga menatap mereka dengan penuh rasa curiga.
Karena tak tahan lagi dengan perlakuan suaminya, akhirnya dia sempat memotong urat tangannya. Dan di saat itu juga mertuanya menelepon, seolah memiliki firasat yang tidak baik. Tangisnya pecah dan mertuanya murka dan semua keluarga akhirnya mengetahuinya. Mereka merundingkan masalah ini bersama keluarga besar. Dan mendudukkan mereka berdua seperti di sidang. Kedua pihak keluarga juga datang. Meminta jalan terbaik untuk mereka.
Setelah berdiskusi panjang dan cukup sengit akhirnya si istri memutuskan untuk memita cerai dari suaminya. Meski itu bukan keputusan yang baik tapi karena si istri sudah bertekad bercerai. Maka si suamipun meluluskan keinginan istrinya dengan talak satu.
Tiga bulan setelah itu mereka kembali memutuskan untuk rujuk karena anak-anak. Anak-anak mereka tantrum sejak ditinggalkan oleh ayahnya. Si ayah juga tidak bahagia karena berpisah dengan anak-anaknya. Ada kerinduan untuk memeluk dan bermain bersama anak-anak. Baik istri maupun suami sama-sama kewalahan dan panik menghadapi sikap anak-anak yang tidak seperti biasanya. Akhirnya dengan disaksikan kedua keluarga mereka rujuk.
Kini, suaminya sudah mulai berubah, bahkan lebih perhatian dan lebih sayang dengan anak-anak dan istrinya. Singkat cerita, wanita itu dinikahi siri oleh suaminya. Dan kembali ke kampungnya dengan surat nikah palsu sebagai bukti untuk orangtua wanita itu. Wanita itu memutuskan untuk melahirkan di rumah orangtuanya.
Apakah hubungan mereka berlanjut atau berhenti sampai di situ? Kita tunggu saja cerita selanjutnya.
coretanpupu#
Seperti cerita saya ini, Cerita nyata seseorang yang tak bisa saya sebut namanya di sini. Dan mungkin saya tidak akan menceritakannya terlalu detail. Hanya bagian yang penting-penting saja karena saya juga tidak sampai hati menuliskan cerita ini. Antara percaya atau tidak tapi kenyataannya memang inilah yang terjadi.
Ada sepasang suami istri yang awalnya menikah baik-baik saja. Pernikahan mereka dilandaskan rasa cinta satu sama lain. Ada 3 orang anak yang dihasilkan dari pernikahan itu. Keuangan mereka juga terbilang cukup. Tidak kurang juga tidak lebih, penghasilan suaminya yang sebagai karyawan BUMN cukup lah untuk memenuhi semua kebutuhan mereka. Selama lebih dari 10 tahun mereka lalui dengan baik-baik saja.
Namun ntah dari mana awalnya sikap suaminya mulai berubah. Mulai pulang malam, sering dinas di luar kota, kalau menerima telepon sering sembunyi-sembunyi, kecuali jika jelas dari kantor. Handphone nya juga sudah tak pernah lagi tergeletak nganggur di atas meja. Meski tergeletak tapi dikunci padahal sebelumya tidak.
Istrinya mulai curiga terlebih ketika sang anak sulung sering mengeluhkan ayahnya yang jarang pulang. Bagaimana tidak, biasanya anak-anak bermain sepulang ayahnya kerja, tapi sekarang ayahnya lebih sering nginap di luar kota, pulang-pulang juga tak pernah lagi punya waktu untuk bercanda dan bermain bersama anak-anak.
Sampailah suatu ketika istrinya menemukan handphone yang sedang berbunyi di dalam laci lemari. Kebetulan suaminya sedang mandi. Dengan sedikit rasa takut si istri menjawab telepon itu tapi tidak bersuara. Sambil keheranan si istri diam saja mendengar suara manja seorang wanita yang memanggilnya "papa". Karena tidak mendapat jawaban, telepon itu putus, dengan sigap si istri membuka chat bbm, wa dan line suaminya, sontak si istri kaget karena semua chatt itu isinya hanya percakapan mesra mereka berdua.
Wanita mana yang tidak terluka hatinya mendapati suaminya mencintai wanita lain. Padahal si istri baru saja melahirkan anak ketiga mereka beberapa hari yang lalu. sambil berurai air mata, si istri bergumam dalam hati. Pantas saja dia tidak menunggui dan menemaniku melahirkan di rumah sakit, ternyata dia bersama wanita lain.
Handphone suaminya masih dipeluknya erat di dadanya ketika suaminya keluar dari kamar mandi. Mengetahui handphonenya ditangan istrinya, si suami langsung naik pitam dan merebut paksa handphone itu. Tapi percuma toh si istri sudah mengetahui semuanya. Dan akhirnya terjadilah perang hebat di malam itu.
Berbulan-bulan suaminya meninggalkan rumah sejak malam itu. Si istri memenuhi kebutuhannya dengan berjualan roti donat ke sekolah dan warung dekat rumah. si istri juga tidak mengadukannya pada keluarga suami ataupun kepada orangtuanya. Dia memilih diam dan menyimpan semua itu sendiri. Tapi keluarga suaminya merasa bahwa ada perubahan yang signifikan yang terjadi padanya, yang biasanya datang sebulan sekali untuk silaturahmi ke rumah sekarang sudah tidak pernah lagi.
Setelah sang mertua menelepon, barulah tangis si istri pecah. Karena merasakan ada hal yang tidak beres, mertuanya mempertemukan mereka kembali dan mencarikan solusi untuk rumah tangga mereka.
Alhasil, mereka sepakat untuk saling memaafkan dengan syarat tidak boleh diulangi lagi.
Tapi itu tidak berlangsung lama, beberapa bulan kemudian, si suami mulai berulah kembali. Kali ini semakin menjadi karena wanita itu hamil. Wanita itu meminta pertanggungjawaban suaminya yang telah menghamilinya. Dan yang lebih ironisnya lagi, suaminya datang bersama wanita selingkuhannya itu ke rumahnya untuk meminta persetujuan istrinya untuk menikahi wanita itu.
Betapa hancurnya hati sang istri, di depan matanya sendiri, suaminya memamerkan wanita lain bahkan terang-terangan mengatakan ingin menikahinya. Wanita itu menyuruh si suami untuk bermain bersama anak-anaknya di kamar karena ia ingin mengajak bicara istrinya empat mata di ruang tamu dan mengatakan :
"Mbak, maaf jika saya menyakiti hati mbak, jujur ya saya sangat menyukai suami mbak, tapi itupun bukan saya yang mulai. Suami mbak yang merayu saya duluan, suami mbak sering curhat ke saya bahwa mbak tidak bisa melayani suami mbak dengan baik. Saya yakin saya bisa melayani suami mbak lebih baik dan saya janji akan menjaga dan merawat anak-anak mbak dengan baik."
Bagai disambar petir, rasanya ingin menampar wajah wanita itu, tapi diurungkan niatnya karena anaknya yang sulung yang berumur 9 tahun sedang menuju kepadanya meminta dipangku dan bertanya "Siapa tante ini Bu?". Si istri tak bisa menjawab pertanyaan anaknya dan hanya bisa menelan ludah dan menahan air mata.
Setelah dibujuk, anaknya telah kembali lagi ke ayahnya di kamar meski selentingan terdengar anaknya teriak-teriak bertanya sambil berontak "Siapa tante itu Yaaaah? Ali nggak mau punya Ibu baru!"
Kembali ke ruang tamu, si istri sudah berurai air mata dan sesegukan menahan tangis. Dengan terbata-bata si istri berkata :
"Wanita macam apa kamu berani mengambil suami saya? Apakah kamu tidak punya hati dan perasaan berani datang ke rumah saya menampakkan muka menjijikkanmu di depan saya dan anak-anak saya. Bahkan dengan senyuman kemenangan tanpa sedikitpun merasa bersalah? Kamu pikir kamu siapa? dasar wanita tak tahu malu! Jangan kamu berfikir saya akan menerimamu dan menyerahkan anak-anak saya begitu saja. Karena saya tidak mau anak-anak saya bermoral bejat seperti kamu! Tolong jangan rebut suamiku. Kalau kamu cantik kenapa kamu tidak cari lelaki yang lain yang masih lajang, Kenapa harus suamiku?"
Belum sempat untuk mengangkat tubuhnya dari kursi, sang suami keluar dari kamar dan ikut duduk bersama mereka. Dengan tampang tak berdosa si suami berkata seenaknya :
"Sekarang gini aja, saya nggak akan melepaskanmu dan saya memang ingin menikahinya. Bagaimanapun caranya saya tetap akan menikahinya. Jadi kamu harus terima dia, berbuat baiklah dengannya, hargai dia sebagai tamu di rumah kita."
Dengan selengekan tanpa menghargai istrinya, si suami merangkul bahu wanita itu dan menggiringnya ke ruang keluarga dan meninggalkan istrinya yang masih sesegukan di sofa.
Sempat terdengar mereka tertawa berdua dengan cekikikan. Karena si istri lama tak beranjak dari sofa, si suami menghampirinya "Sudahlah, apa lagi yang kamu pikirkan?, tuh anak-anak sudah tidur, waktunya kita senang-senang"
Dengan emosi si istri membantah "Kamu bilang aku harus menghargainya? lalu apakah dia menghargaiku sebagai tuan rumah? Apa maksudmu dengan semua ini?"
"Aku maunya kamu dan dia sama-sama melayaniku malam ini. titik!" kata suaminya sambil mendorong tubuh istrinya ke ruang keluarga.
Hari sudah menunjukkan pukul dua dinihari. Anak-anak sudah tidur pulas dikamarnya. Hanya terdengar suara isakan tangisan istri di kamar. Karena sudah terlalu lama menangis, matanya sembab. Dia menangis karena mendengar desahan mesra suaminya dengan wanita selingkuhannya itu dari ruang keluarga. Ya... mereka bercinta di depan TV, di atas karpet merah tempat biasa anak-anaknya bermain.
Tak lama, suaminya menghampirinya di kamar dan memintanya untuk main bertiga. Karena si istri tidak mau, suaminya memaksa. Tapi si istri tetap menolak. Akhirnya suaminya minta dilayani di kamar saat itu juga. Dengan tangisan si istri melayani juga keinginan suaminya.
Pilu, sungguh pilu, ingin rasanya dia membunuh wanita dan suaminya itu atau menyiramkan air keras ke wajah mereka. Tapi dia masih bersabar karena tidak ingin terjadi keributan yang nanti akan mempermalukan suaminya sendiri.
Di sisa malam itu, si istri memilih tidur bersama anak-anaknya meski sebenarnya dia tidak tidur. Hanya memandang wajah anak-anak sambil berurai air mata. Dan mereka yang sedang di mabuk cinta itu tidur di karpet bekas mereka bergulat.
Masih terngiang-ngiah di telinganya saat ia melayani suaminya, dia mengatakan bahwa wanita itu rasanya lebih manis darinya.
Esok paginya, dia masih mau menyiapkan sarapan untuk suami dan wanita itu dan dia masih sanggup tersenyum saat menghantarkan mereka ke depan pintu pagar. Dan ntah mereka mau pergi kemana. Semua mata tetangga menatap mereka dengan penuh rasa curiga.
Karena tak tahan lagi dengan perlakuan suaminya, akhirnya dia sempat memotong urat tangannya. Dan di saat itu juga mertuanya menelepon, seolah memiliki firasat yang tidak baik. Tangisnya pecah dan mertuanya murka dan semua keluarga akhirnya mengetahuinya. Mereka merundingkan masalah ini bersama keluarga besar. Dan mendudukkan mereka berdua seperti di sidang. Kedua pihak keluarga juga datang. Meminta jalan terbaik untuk mereka.
Setelah berdiskusi panjang dan cukup sengit akhirnya si istri memutuskan untuk memita cerai dari suaminya. Meski itu bukan keputusan yang baik tapi karena si istri sudah bertekad bercerai. Maka si suamipun meluluskan keinginan istrinya dengan talak satu.
Tiga bulan setelah itu mereka kembali memutuskan untuk rujuk karena anak-anak. Anak-anak mereka tantrum sejak ditinggalkan oleh ayahnya. Si ayah juga tidak bahagia karena berpisah dengan anak-anaknya. Ada kerinduan untuk memeluk dan bermain bersama anak-anak. Baik istri maupun suami sama-sama kewalahan dan panik menghadapi sikap anak-anak yang tidak seperti biasanya. Akhirnya dengan disaksikan kedua keluarga mereka rujuk.
Kini, suaminya sudah mulai berubah, bahkan lebih perhatian dan lebih sayang dengan anak-anak dan istrinya. Singkat cerita, wanita itu dinikahi siri oleh suaminya. Dan kembali ke kampungnya dengan surat nikah palsu sebagai bukti untuk orangtua wanita itu. Wanita itu memutuskan untuk melahirkan di rumah orangtuanya.
Apakah hubungan mereka berlanjut atau berhenti sampai di situ? Kita tunggu saja cerita selanjutnya.
coretanpupu#
Comments
Post a Comment