bp.blogspot.com |
Apa alasannya kau membenci istrimu, bukankah kau yang dulu memilihnya dari beribu bahkan berjuta wanita cantik di luar sana? dia yang juga melabuhkan hatinya padamu sementara ada banyak lelaki yang juga sangat mengharapkannya. Dia yang harus memutuskan hubungan dengan seseorang demi menerima lamaranmu. Bahkan mungkin lelaki yang ditolaknya itu lebih baik darimu tapi dia mau menerimamu dengan segala kekuranganmu. Tidakkah tersentuh hatimu saat melihat perut istrimu yang semakin membesar, Nafasnya yang sesak karena menopang tubuhnya yang semakin berat. Dia yang kehilangan nafsu makan karena mual dan muntah yang mendera. Dia yang berkali-kali pingsan saat tubuhnya lemas karena kurang asupan kalori. Istrimu tetaplah wanita biasa yang juga punya banyak kesalahan dan kekurangan sama sepertimu yang juga tidak sempurna bahkan lebih sering menyakiti hati istrimu.
lalu kenapa di saat kamu sering menyakitinya, istrimu masih mampu tersenyum membuatkan sarapanmu, Mendahulukan rasa laparmu karena gajimu hanya cukup membeli sebutir telur. Kaupun tidak berniat membagi sebutir telur itu pada istrimu? kau masih saja lahap makan dengan telur dadar sedangkan istrimu masih duduk di depanmu, menatapmu sambil menikmati sesuap demi sesuap nasi yang kau masukkan ke mulutmu sambil sesekali menelan ludah karena sejujurnya istrimu juga lapar. Lapar yang dia tahan tidak hanya untuk dirinya sendiri tapi juga untuk janin di dalam kandungannya. Apakah kau memikirkan itu? tidak! kau hanya memikirkan dirimu sendiri. Kau bertanya dengan entengnya di ujung suapmu kenapa dia tidak makan? sudah kenyang jawabnya.
Dia masih mau mengantarmu ke depan pintu, mencium tanganmu, mendoakan kepergianmu agar kau selamat selama bekerja dan mendapatkan rejeki yang halal. Dan selama dia di rumah, dia melakukan tugasnya sebagai istri, mencuci dan menyetrika pakaianmu, mengurus rumahmu, memenuhi segala kebutuhanmu. Bahkan semua dia lakukan tanpa kau beri upah yang layak.
lalu di saat istrimu butuh pertolongan, bantuan akan sesuatu yang dia tidak mampu lakukan, kenapa kau merasa bahwa istrimu sedang tidak mentaatimu, kau merasa istrimu telah durhaka padamu, karena telah berani memerintah suami dan melawan pada suami. Saat istrimu menasehatimu agar kau berhati-hati agar kau tidak terpuruk dalam bisnismu, agar bisnismu tetap lancar, memberimu saran bahwa keputusanmu itu belum tepat. Kau marah seolah kata-katanya tak ada artinya bagimu. Padahal istrimu benar-benar tidak ingin kau menderita dan salah dalam melangkah.
Apakah seorang istri tak boleh mengeluarkan pendapat?
Dan disaat kondisimu benar-benar jatuh, kau menyalahkannya, sebagai istri yang terlalu banyak menuntut, istri yang tahunya hanya ngomel dan mencerewetimu. Padahal cerewetnya itu demi kebaikanmu. Saat kau bena-benar tak mampu menyelesaikan masalahmu, kau memutuskan untuk lari meninggalkannya tanpa pemikiran yang matang. Meninggalkannya dalam keadaan hamil tua. Sebegitu besarkah kesalahannya sehingga harus menerima kenyataan pahit ini? lalu adakah manusia di atas bumi ini yang tidak punya salah?
Dan saat kelahiran, kau tak datang untuk sekedar memberi dukungan. Kau tak datang hanya untuk sekedar mencium darah dagingmu, memeluknya, atau sekedar menggendong putri kecilmu. Bukan uangmu yang dimintanya, bukan! tapi perhatian dan kasih sayang juga pedulimu. Bukan untuk dirinya tapi untuk buah hatinya. Lalu apa salahnya? kau lebih memilih pergi menuruti egomu yang menggunung.
Lalu di saat anakmu sudah mulai besar dan lucu kau mengambil paksa darinya.
Dimana hatimu? terbuat dari apakah hatimu? Di saat istrimu membela mempertahankan anak yang sudah dia rawat dari dalam kandungan dan dibesarkan sendirian, kau pergi begitu saja, Lepas tangan dengan konsekwensi tak kau beri nafkah anak karena anak dirawat oleh istrimu.
Apapun alasannya kau meninggalkan istrimu, anak tetaplah anak yang sudah menjadi tanggungjawabmu dunia akhirat. Tak mengapa kau pergi, tak mengapa kau tak menafkahi, tak mengapa kau merasa masa bodoh, Dia adalah seorang ibu yang tetap dan akan selalu berjuang mendidik dan membesarkan anakmu hingga jiwanya terlepas dari raga. Demi masa depan buah hatimu.
Dia tidak akan pernah mengajarkan anakmu untuk membenci ataupun dendam padamu. Karena bagaimanapun kau tetap ayahnya. Bahkan suatu saat nanti putri kecilmu ini yang akan merawat masa tuamu dengan penuh kehangatan. Dalam hati si istri berkata "suamiku, dulu kau memilihku, kini..."
Apapun alasannya kau meninggalkan istrimu, anak tetaplah anak yang sudah menjadi tanggungjawabmu dunia akhirat. Tak mengapa kau pergi, tak mengapa kau tak menafkahi, tak mengapa kau merasa masa bodoh, Dia adalah seorang ibu yang tetap dan akan selalu berjuang mendidik dan membesarkan anakmu hingga jiwanya terlepas dari raga. Demi masa depan buah hatimu.
Dia tidak akan pernah mengajarkan anakmu untuk membenci ataupun dendam padamu. Karena bagaimanapun kau tetap ayahnya. Bahkan suatu saat nanti putri kecilmu ini yang akan merawat masa tuamu dengan penuh kehangatan. Dalam hati si istri berkata "suamiku, dulu kau memilihku, kini..."
Ini hanyalah sepenggal kisah yang kudapat hari ini, Semoga kita semua bisa mengambil hikmahnya. Buat para suami, hargailah istrimu, sayangi anakmu, Buat para istri tetaplah berjuang membesarkan anak-anakmu, berjuang bersama suami dalam suka dan duka. Tetap santun dan hormat pada suami, saling introspeksi ke dalam diri masing-masing, Mengakui kesalahan dan memperbaikinya bersama. Buat para 'singlemom' jangan takut anakmu tidak makan. Jangan takut anakmu terlantar. Selagi mau berusaha pasti ada jalan. Karena Allah sudah menjamin rezeki anakmu. Allah itu mencukupkan kebutuhan umatnya bukan mencukupkan keinginan kita. Kita hidup hanya sementara untuk memainkan peran yang sudah terskenario dengan rapi. Sabar, tawakal dan qonaah dalam menjalaninya. Mudah-mudahan kita bisa mendapat ridho Allah SWT. Aamiin...
puji saputri 26 okt 2016
Comments
Post a Comment