Skip to main content

cerpen "Surat Cinta Untuk Ayah"

chemistrahmah.com
Surat Cinta Untuk Ayah…
Namaku Rifky, umurku 10 tahun, aku bersekolah di salah satu sekolah swasta di kotaku. Aku tinggal bersama ibu, kakek dan nenek. Di belakang rumahku ada sebuah sungai besar dan airnya jernih. Masyarakat  di sini masih ada yang mandi dan mencuci  di sungai meski sudah ada PDAM. Teman-teman sebayaku juga banyak yg mandi sambil bermain di sungai. Hanya ibuku saja yang selalu melarangku untuk tidak main di sungai. Takut hanyut katanya, maklumlah aku adalah satu-satunya anak ibu. Sehari-hari ibu bekerja  membantu nenek menjual makanan. Karena kakekku sudah tidak bekerja lagi dan sekarang lagi sakit. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, kami dibantu oleh paman, adik Ibuku.
 
Suatu hari, ketika aku bermain ke rumah temanku Dani, aku melihat Dani sedang asyik bermain mobil-mobilan dengan ayahnya. Mereka tertawa bahagia sekali.
Dani naik di atas mobil mainan itu dan ayahnya mendorongnya berputar-putar mengelilingi pekarangan rumahnya sambil tertawa. “seru sekali mereka bermain” pikirku.
Di sepanjang jalan pulang ke rumahku, otakku berfikir  “Apakah aku juga punya ayah seperti Dani?, kalau memang ada,  siapa ayahku? Kemana ayahku? Dimana? Kenapa aku tidak pernah melihat atau bertemu dengannya? Dan kenapa ibu tak pernah cerita padaku tentang keberadaan ayah”. Hati kecilku bertanya-tanya sendiri.
Sesampai di rumah, aku melihat ibu sedang memasak di dapur. Aku beranikan diri untuk langsung bertanya pada ibu. “ibu, bolehkah aku menanyakan sesuatu?”. “eh,,, kamu sudah pulang ya, kok tumben pulang-pulang langsung mencari ibu, ada apa sayang…? Kok mukamu tegang gitu? Habis berantem ya dengan temanmu?.
Aku menggeleng, “terus kenapa ? apa yang mau kamu tanyakan?” sambung ibu. “tapi ibu harus janji nanti jangan marah ya..” pintaku memelas. “eh..eh.. memangnya ada apa sih? Kok sepertinya serius sekali?’ jawab ibu sambil mengangkat gorengan dari wajan ke piring.
Aku mulai mengatur nafasku karena jantungku mulai berdebar kencang dan semakin kencang. Aku gugup dan setelah menghela nafas agak panjang, “bu, apakah aku punya ayah? Kalau ada, dimana dia? Kenapa aku tak pernah melihatnya?” tanyaku. Kulihat mata ibu melotot dan menatap ke arahku penuh selidik, aku takut ibu marah. Lalu ibu segera mematikan kompor, memegang bahuku dan mengajakku untuk duduk di kursi.
Kulihat raut muka ibu mulai berubah sedih, “Nak, ini adalah pertanyaan yang sering kamu ucapkan dulu sejak masih kecil, dan ini adalah untuk kesekian kalinya kamu menanyakan ini lagi pada ibu” lirih ibu sambil berjalan ke kamar, sepertinya ingin mengambil sesuatu.
Aku lupa dan tak ingat kalau sering menanyakan ini pada ibu, maklumlah mungkin aku masih kecil dan daya ingatku belum banyak.
Lalu ibu memperlihatkan sebuah foto padaku,  seorang laki-laki yang gagah, tinggi, rambutnya hitam lurus, kulitnya hitam, memakai kacamata, dan wajahnya dipenuhi kumis, jenggot dan jambang.
“Nak, kamu tentu punya ayah, dan itulah fotonya, ayahmu pergi saat kamu masih di dalam perut ibu. Ayahmu pergi karena harus pergi bekerja di luar daerah. Dan saat kamu lahir ayahmu datang dan menggendongmu. Ayahmu sangat menyayangimu, ayahmu juga menggendong dan menciummu. Meski dengan berat hati, ayahmu terpaksa meninggalkan kita dan ibu tidak bisa menahannya. Ibu ingin ayahmu tetap tinggal dan bekerja disini tapi ayahmu tetap memaksa pergi”.
Kupandangi foto ayah yang kupegang dari tadi, “ganteng sekali ayahku, persis seperti aku yang sering dipanggil si ganteng oleh guru dan teman-temanku” pikirku.
Lamunanku buyar saat kulihat ada tetesan air di punggung tanganku, kulihat ternyata ibu menangis dan matanya berkaca-kaca. Ibu melanjutkan “ibu sudah berusaha mencari keberadaan ayahmu. Ibu juga sudah bertanya pada kakek dan nenek dari ayahmu, mereka bilang ayahmu juga tidak ada disana. Ibu juga sudah menghubungi nomor handphone ayah tapi sudah tidak aktiv lagi”.
“kenapa kamu Tanya soal ayah? Kamu kangen ya…?” akupun mengangguk.
Lalu ibu memelukku dan mengusap-usap kepalaku “sabar ya sayang, suatu saat nanti kamu pasti ketemu ayah, berdoalah pada ALLAH SWT semoga suatu hari nanti kita dipertemukan kembali”. “Aamiin” sambungku.
Hari demi hari terus berlalu, sejak kejadian hari itu semakin besar rasa inginku untuk bertemu ayah.
Sepulang sekolah, aku dikejutkan suara ibu yang memanggilku dengan suara agak keras sambil senyum sumringah tanda kebahagiaan.
 “sini sayang, coba lihat sini”. “ada apa bu?” akupun berlari menghampiri ibu yang sedang duduk di depan komputer.
Ibu memperlihatkan sebuah nama yang sudah tidak asing lagi bagiku, ya, ayahku add ibuku di akun facebook miliknya. Permintaan pertemanan sudah lama dikirim oleh ibu dan ternyata baru mendapat balasan hari ini.
Berkat doa dan usaha akhirnya Allah mengabulkan doaku. Setelah saling bertanya kabar lewat pesan-pesan yang dikirim ternyata ayah baik-baik saja dan sekarang sedang berada di Semarang.
Ternyata pekerjaan ayah yang tidak menetap dan selalu berpindah-pindah membuat ayah tidak punya tempat tinggal tetap.
Jemari ibu terus bergerak menekan mouse mengarahkan kursor untuk membuka dan melihat profil ayah. Kulihat foto ayah sedang memakai pakaian kerja di dekat sebuah kapal. Ternyata ayah bekerja di salah satu pelabuhan kota Semarang.
Kulihat mata ibu kembali berkaca-kaca sambil berkata “itulah ayahmu, akhirnya kamu ketemu ayah walau hanya di dunia maya. Mudah-mudahan suatu hari nanti kamu bisa bertemu di dunia nyata”.
Keesokan harinya aku ingin chatting lagi dengan ayah, dibantu ibu aku buka lagi akun ayah tapi ternyata ayah sedang tidak online. Berkali-kali kucoba kirim pesan ke email ayah tapi tidak ada satupun balasan dari ayah.
Berhari-hari kutunggu tetap tidak ada kabar yang membahagiakan itu. “ayolah ayah, balaslah emailku” batinku.
Enam bulan telah berlalu, tak satupun ada balasan dari ayahku. Di suatu malam yang sunyi, saat semua orang sudah tertidur, aku sangat ingin menulis sesuatu untuk ayah. Kunyalakan komputer dan kutulis sesuatu yang aku sangat ingin ayah segera membacanya.


Teruntuk ayahku yang sangat kurindukan
Dimanapun ayah berada sekarang.
Semoga Allah selalu menjaga dan melindungi ayah.
Ayah,,,
Kapanpun ayah sempat membaca suratku ini, semoga kabar ayah baik-baik saja. Akupun disini baik-baik saja karena ibu selalu menjaga dan merawatku dengan penuh kasih sayang. Sudah lebih 10 tahun kita tidak bertemu. Pesan-pesanku, surat-suratku yang kukirim lewat email  juga tidak pernah ayah balas, ayah kemana? Dimana sekarang? Aku sangat merindukanmu, aku sudah besar yah, aku sudah kelas empat, aku sudah bisa membantu ibu, nilai raportku juga bagus meski tidak juara kelas tapi selalu dapat 5 besar.
Pulanglah ayah,,, sebentar lagi liburan, aku ingin bermain layang-layang denganmu, aku ingin main sepeda bersama denganmu, aku juga ingin bermain mobil-mobilan bersamamu seperti yang biasa dilakukan oleh teman-temanku dengan ayahnya. Aku ingin memelukmu, mandi bersama di sungai dan mengajariku berenang. Aku sangat merindukanmu ayah…
Ayah,,, pulanglah… kasihan ibu yang selalu sabar menjaga dan menyayangiku, banting tulang siang dan malam demi diriku. Mata ibu selalu berkaca-kaca setiap memandang foto ayah. Kami sangat merindukanmu, pulanglah ayah…
Semoga setelah ayah membaca suratku ini, ayah bisa segera pulang. Aku berdoa semoga ayah selalu diberikan kesehatan dan umur yang panjang serta rejeki yang banyak, sehingga bisa melihatku nanti menjadi orang sukses di dunia dan akhirat, seperti yang selalu ibu doakan untukku, ayah doakan aku juga ya….
Aku berjanji akan menjadi anak yang sholeh dan aku akan rajin belajar untuk dapat membanggakan ayah dan ibu. Bila aku sukses nanti, aku akan bawa ayah dan ibu naik haji ke Mekkah dan aku akan bahagiakan ayah dan ibu.
Satu hal yang ayah harus tahu, aku sangat merindukanmu, pulanglah ayah,,, aku menantimu… meskipun ayah tak pernah di dekatku tapi aku sangat mencintaimu.



Dari anakmu, Rifky.



puji saputri

Comments

Post a Comment

Populer

Jeritan Hati Seorang Janda

lifestyle.okezone.com Setiap manusia punya masa lalu, ntah itu baik atau buruk, apapun itu semua merupakan jalan kehidupan yang harus dilalui dan dijalani oleh manusia. Dan apapun yang manusia hadapi semua adalah jalan terbaik baginya. Mungkin tak baik bagi manusia tapi baik menurut Allah. Baik bagi manusia belum tentu baik bagi Allah. Setiap manusia sudah ada jalan kehidupannya sendiri, garis nasib manusia baik untuk urusan kematian, rejeki, bahkan jodoh sudah ditentukan sejak masih di dalam kandungan ibunya. Ada yang dijodohkan dengan orang kaya, orang biasa, bangsawan, janda dan duda. Tak ada yang bisa melawan takdir. Manusia Diciptakan hanya untuk menjalankan skenario yang telah ditetapkan Tuhan.

Wahai Para Suami, Jangan Pisahkan Istrimu Dari Orangtuanya

konsultasisyariah.com Taat kepada suami setelah menikah adalah surga bagi istri. Karena surga dan neraka istri adalah suaminya. Bagi seorang perempuan yang sudah menikah, taat dan patuh pada suami lebih utama dibanding taat pada orangtua.

Penyesalan Seorang Suami Yang Telah Menyia-nyiakan Istri Dan Anak-Anaknya

rmol.co Penyesalan itu datangnya selalu di akhir, kalau datangnya di awal itu namanya pendaftaran, hehe... pernah dengar kan tentang kata itu? Bicara soal penyesalan ya memang nggak ada habisnya. Apalagi jika kita sedang sendiri lalu teringat kenangan masa lalu tentang seseorang yang sangat kita sayangi dan cintai dengan setulus hati. Di saat penyesalan itu datang yang ada hanyalah duka yang teramat dalam dan sangat menyesakkan dada. Ingin rasanya untuk mengulang kembali sejarah masa lalu itu dengan tekad ingin memperbaiki semua. Namun apa daya dia telah pergi dan sudah bukan milik kita lagi.

Kisah Nyata yang Sedih dan Mengharukan 'Tragedi di Malam Pertama'

kabarmakkah.com Dulu ketika masih remaja, di saat gejolak jiwa anak muda masih menguasai hati dan pikirannya, paling pantang jika diharuskan untuk nurut kata orang tua. Masih ingin melakukan ini dan itu tanpa kekangan siapapun. Meski sebenarnya dia bukan anak yang nakal. Tapi ya... namanya juga anak muda gitu lo... Meskipun secara fisik terlihat pendiam dan penurut. Kenyataanyapun anak muda itu juga tidak lepas dari pantauan orang tuanya. Dia gadis yang lugu, manis, berwajah melankolis, pandai namun agak kurang suka bergaul dengan sembarang orang. Dia lebih suka di rumah membaca buku, menulis, dan belajar.

Punya Wajah Mirip Orangtua, Selalu bertengkar. Mitos atau fakta?

vemale.com Punya wajah yang mirip atau hampir mirip dengan wajah orangtua, baik ibu atau ayah mengakibatkan kita selalu bertengkar, benar nggak sih? Saya termasuk anak yang punya wajah mirip sekali dengan ibu saya. Orang-orang selalu mengatakan bahwa saya adalah fotokopi ibu. Apalagi jika bertemu dengan teman lama ibu, mereka selalu bilang "Kamu mirip sekali ya, persis seperti waktu ibumu masih gadis dulu."