mutiarazein.blogspot.com |
Namanya Mas Fend, begitu aku memanggilnya. Bagiku dia adalah orang yang baik, perhatian, supel, penyayang, romantis, lelaki yang gagah dan dewasa. Meskipun usia kami tidak jauh berbeda tapi aku lebih nyaman aja jika memanggilnya Mas Fend.
Banyak sekali kenangan indah yang tercipta selama bersamanya di kota Batam. Ntah kenapa kami bisa akrab waktu itu, seingatku dulu dia datang membeli obat ke apotik dimana aku bekerja di sana. Lalu setelah itu dia sering datang ke apotik sekedar untuk ngobrol meski tidak untuk beli obat. Katanya "obatnya aku itu ya kamu."
Dari situ aku tahu, dia anak bungsu dari dua bersaudara, dari Pacitan. Datang jauh-jauh ke Batam untuk merantau ikut kakaknya. Dia bekerja sebagai operator alat berat di salah satu perusahaan swasta kota Batam.
Beberapa bulan semenjak kenal, kami hanya ngobrol di apotik. Tidak pernah berani mengajakku jalan keluar sekedar untuk cuci mata atau cari angin. Katanya "Aku takut nanti Bapakmu marah karena anaknya kularikan" "Kecuali kalau anaknya mau." Aku hanya tersenyum ,karena sejujurnya aku juga takut untuk pergi-pergi karena aku juga merantau di sana. Ingat pesan Bapakku "Jangan sembarangan kenalan sama orang, apalagi laki-laki. mesti hati-hati dan jangan jadi perempuan gampangan."
Awalnya aku berani jalan dengannya yaitu waktu minta diantarin ke rumah tanteku. Itupun sudah beberapa bulan kemudian. Karena selama itu dia baik juga padaku makanya aku mau dia yang mengantarku.
Dari situ kami mulai akrab, tiap malam minggu keluar sekedar untuk melepas penat karena seharian letih bekerja. Kejadian yang paling aku ingat waktu itu adalah waktu kami pergi ke Taman tempat biasanya nongkrongnya anak muda. Waktu bingung mau duduk dimana, tau nggak dia mengeluarkan sesuatu dari jok motornya. Yaitu plastik bening yang biasanya dipake orang untuk alas meja makan, yang sengaja dia gunting untuk alasku dudukku. ukurannya juga pas untuk satu orang. "Kasihan nanti bajumu kotor kalau harus duduk di rumput" Aku tertawa melihatnya. hahahaha... Aku duduk di atas plastik itu sementara dia duduk beralas sandal dan menekukkan kedua kakinya di dadanya.
Kali lainnya dia juga mengajakku keluar dan duduk-duduk untuk sekedar ngobrol di tepi pantai menikmati pemandangan laut malam yang dihiasi gemerlapnya lampu Singapura. Karena Singapura dapat terlihat dari Batam apalagi kalau malam. Banyak lampu berkelap-kelip. Saat itu kami duduk lumayan dekat dan dia bilang "Tinggi sekali tembok pembatas kita ya, sampai menyentuh jarimu saja aku nggak berani, takut pak Haji marah" Itulah mas Fend, sangat menghargaiku sebagai perempuan dan lelaki seperti itulah yang kuinginkan. Bahkan dia rela menggosok gigi sebelum ketemu aku karena nggak mau aku mencium aroma rokok dari mulutnya.
Tapi itu cuma sebentar, sebelum akhirnya aku putuskan karena sesuatu hal yang aku sendiri juga tidak tahu. Dia marah dan sempat memamerkan pacar barunya padaku yang sengaja dia bawa ke apotik untuk kenal denganku. Maksudnya apa? Aku tidak tahu. Karena dia sendiri tidak terima aku putuskan karena sesuatu hal yang tidak masuk akal menurutnya, bagiku juga.
Akhirnya kita memutuskan berteman dan bersahabat. Bahkan ketika tahu aku akan menikah, dia dengan bijak dan dewasa berkenalan dengan calon suamiku. Masih mau main ke rumahku untuk ngobrol dengan suamiku. "Jangan disakiti ya mas, istrinya, kasihan kalau sakit." Suamiku cuma tersenyum padanya. Setelah itu panggilannya padaku berubah. Waktu pulang "Aku pamit ya Bu, semoga bahagia dan langgeng bersamanya" "Makasi Mas, semoga Mas Fend juga mendapatkan istri yang jauh lebih baik dari aku nanti."
Beberapa bulan kemudian dia memutuskan pulang untuk menikah dan berniat untuk tidak kembali ke Batam dan menetap di kampung halamannya, Pacitan.
Akupun pulang ke kampung halamanku bersama suami dan anak-anak. Mas Fend yang kebetulan juga dekat dengan adikku masih menjalin komunikasi. Hanya aku yang jarang berkomunikasi karena menjaga jarak kami yang sudah sama-sama menikah. Yang kutahu dia sering menanyakan kabarku pada adikku. Katanya "Alhamdulillah kalau kabar Ibu baik, aku juga senang dengarnya."
Beberapa waktu berlalu. Aku tahu dia sudah punya anak laki-laki, kalau tidak salah sudah berumur 8 bulan. Mas Fend nelpon aku, aku juga sempat heran tapi setelah lama ngobrol, ternyata dia pingin banget makan keripik balado yang dulu sering kuberi padanya setiap aku pulang kampung. Bahkan dia sampai transfer uang supaya aku mengirimkan keripik balado itu secepatnya. "Dari Padang ke Pacitan berapa lama Bu sampainya? kalau yang express berapa lama? aku kepingin banget nih, nggak sabar aku nunggu seminggu" Kujawab "Ya sabar toh, kan dibeliin dulu terus dikirim dan ditunggu deh di sana" Bahkan dia sempat minta nomor resi pengiriman biar dia tanya langsung ke tempatnya apakah kirimannya sudah sampai atau belum.
Dan dia juga nitip pesan sama adikku "Jagain Ibu ya, Titip anak-anakku" "Anak mas yang mana? kok anak mas titip ke aku? kan ada istri mas" Kata adikku. Terus dijawab lagi sama Mas Fend "Ya anak-anaknya Ibu, anak-anak ibu kan anakku juga" "Oo.. kirain anaknya siapa" jawab adikku lagi. Mungkin dia sungkan untuk bilang itu ke suamiku akhirnya ngomong gitu ke adikku.
Tanpa disangka belum sampai sebulan dia meminta kirim keripik balado, aku dapat kabar dari media sosial kalau Mas Fend meninggal karena kecelakaan. Kutanya kepastiannya pada temanku, ternyata benar. Bagai di sambar petir rasanya ketika mendengar kabar duka itu. Berarti keripik balado itu permaintaan terakhir darimu dan pesan yang dia titipkan pada adikku adalah pesan yang terakhir. Apalagi seminggu setelah kepergiannya aku bermimpi dia datang ke rumahku menemuiku dan melihatku dengan pandangan yang tak biasa. Ntah apa maksud tatapannya, aku tidak tahu.
Buat Mas Fend, semoga kamu tenang di sana dan semoga amal ibadahmu di terima oleh-Nya. Makasi telah menciptakan hal terindah dalam hidupku. Terima kasih telah memberi warna dalam hidupku. Kebaikanmu, semua yang kamu lakukan untukku takkan pernah aku lupakan. Sampai kapanpun. Buat mbak shasya, yang sabar ya... Semoga Fend junior kelak bisa memberikan kebahagiaan sebagai pelipur lara dalam mengarungi kehidupan. Kebahagiaan dunia dan akhirat. Aamiin...
coretanpupu
Comments
Post a Comment