beauty journal-sociolla |
Gaya pacaran anak zaman old dengan anak zaman now tentunya berbeda ya. Kalau dulu sih pacarannya paling sering tuh diapelin ke rumah, ngobrol sama orangtua, jalan-jalan kalau sudah dikasih ijin, itupun mesti ditemani adik jika kita punya adik yang kecil, 'sekalian momong' katanya. Pulangnya juga nggak boleh malam-malam. Karena dulu belum ada gadget seperti sekarang yang kalau kangen bisa telponan, sms, atau video call. Jaman dulu itu meski ketemu untuk mengungkapkan rindu. Atau kalau keadaan tak memungkinkan hanya bisa berkirim surat.
Bicara soal pacaran zaman old, gimana sih rasanya jika pacaran selalu diawasi orangtua? kesel? marah? bete? atau sebel?. Pengalaman saya dulu sih biasa saja. Karena pacaran kami waktu itu memang pacaran yang sehat. Kami sama-sama paham bahwa pacaran itu memang diharamkan dalam islam. Tapi sejauh kami tidak melakukan yang 'macam-macam' ya tidak masalah. Bagi saya direcokin orangtua saat dia bertandang kerumah itu tandanya orangtua perhatian dan peduli dengan saya. Meskipun terkadang pacar saya malah lebih banyak ngobrol dengan orangtua saya ketimbang dengan saya sendiri. Tau-tau hari sudah malam dan diapun pulang.
Gimana tanggapan pacar saya waktu itu?. Menurut pengakuannya sih nggak masalah karena itu tandanya orangtua saya ingin lebih mengenal dirinya lebih jauh lagi. Ibarat kata mengenal calon mantu dalam hal kepribadiannya. Tak kenal maka tak sayang. Baik tidak orangnya, dewasa atau kekanakan, perhatian atau seberapa solehnya dia. Mereka hanya ingin memastikan anaknya menjalin hubungan dengan orang baik-baik.
Kehadiran orangtua ketika pacaran bukan hambatan atau penghalang bagi saya. Bahkan kadang kami juga jalan bareng sama Mama ke mall atau supermarket. Orangtua ikut nimbrung mungkin beliau takut anaknya macam-macam. Maklumlah namanya juga anak muda yang kadang bisa lepas kontrol dan terjerumus dalam pergaulan bebas. Meskipun sebenarnya kami juga bisa jaga diri tapi yang namanya syetan kan tidak kenal waktu dan tempat jika ingin menggoda manusia yang sedang di mabuk cinta, hehe. Meski pada dasarnya orangtua tahu bahwa kita bisa menjaga batasan tapi tetap saja mereka ikut nimbrung. Apa saya merasa bahwa saya seperti nggak punya privacy? Nggak kok, karena bagi saya privacy itu soal nanti setelah menikah.
Mungkin akan jauh berbeda dengan tanggapan anak-anak zaman now yang katanya lebih membutuhkan privacy dalam berpacaran, ntah itu sekedar untuk bergandengan tangan, sayang-sayangan, mesra-mesraan atau yang lebih dari itu yang membuat mereka kebablasan sehingga banyak anak-anak zaman now yang terlibat pergaulan bebas, penyakit kelamin atau hamil di luar nikah. Kalau sudah begini siapa yang rugi?.
Saya miris sekali mendengar berita-berita bahwa pergaulan anak-anak zaman now sudah dalam taraf yang memprihatinkan. Kalau bukan kita sebagai orangtua yang melahirkan manusia-manusia baru dan bertanggungjawab terhadap masa depan generasi anak kita nanti, lalu siapa lagi? Khususnya saya yang mempunyai tiga orang anak yang ke depannya saya tidak tahu perkembangan zaman dan tekhnologi yang seperti apa yang akan dihadapi oleh mereka kelak. Yang pasti tentu membuat saya yang notabene nya mak-mak yang masih kolot ini harus angkat senjata.
Maka dari itu saya lebih setuju jika orangtua selalu mendampingi anak-anak dalam pergaulan. Boleh memberi kebebasan tapi tentu di jalur yang tepat sembari mengingatkan anak pada batasan yang tidak boleh dilanggar dan memberikan nasehat kenapa itu tak boleh, apa akibatnya dan sebagainya. Dan yang lebih utama tanamkan tauhid dan aqidah yang baik dalam jiwa anak-anak kita. Memberi tahu mana yang baik dan mana yang tidak boleh, memberikan pemahaman akan pentingnya menjaga diri dalam pergaulan akan membuat anak merasa bahwa orangtuanya sudah memberinya kepercayaan dan anak akan bertanggung jawab menjaga kepercayaan itu.
Pacaran direcokin orangtua di zaman sekarang ini, yes or no?
Comments
Post a Comment