pantunmelayu.com |
Ketika muda dulu, ketika ada seorang lelaki yang melamar, pernah nggak sih menolak karena alasan kita masih muda, tidak suka, tidak cinta, belum mapan dll. Namun seiring bertambahnya usia kita menyesal karena melihat orang yang dulu pernah kita tolak ternyata hidupnya lebih baik dari kita. Punya kemapanan dan hidup serba berkecukupan. Sedangkan kita hidup sederhana dan biasa saja. Siapa yang pernah mengalami kejadian serupa seperti itu? Jika pernah berarti kita senasib karena saya juga pernah mengalaminya.
Contohnya saja, ketika dulu usia saya masih sangat muda 18 tahun saya dilamar oleh laki-laki 38 tahun. Saya menolak karena alasan dia terlalu tua dan saya kebetulan punya pacar. Dan kini saya mendengar kabar lelaki itu sudah menikah dan hidup mewah bersama istrinya meski belum memiliki anak.
Contoh lain, ketika saya masih sekolah dulu, saya juga dikejar-kejar lelaki yang kala itu sudah bekerja. Tapi dari caranya yang selalu membuntuti saya setiap pagi ketika berjalan menunggu angkutan, saya merasa ngeri dan ketakutan. Dia juga tak bertanya atau menegur saya dengan baik, dia hanya memandang tajam tak berkedip ketika saya berpaling ke belakang karena tidak suka dengan gayanya yang penuh selidik. Kini dia tinggal hanya beberapa meter dari rumah saya, hidup berkecukupan bersama anak dan istrinya. Dan yang saya tahu istrinya sangat pemarah dan possesif. Ketika suatu kali saya berpapasan dengannya di depan rumahnya, dia terkejut dan mungkin dia juga ingat kejadian itu. Mukanya memerah karena saya melihatnya sedang dilempar istrinya dengan handuk.
Dan ketika saya juga dijodohkan oleh orangtua dengan lelaki paruh baya, saya memilih pergi dari rumah dan bekerja di luar kota. Meski itu bukan saya sengaja tapi memang kebetulan waktu itu saya harus bekerja di luar kota. Kini lelaki itu memang belum menikah tapi dia sudah mandiri dengan kehidupannya.
Lain lagi ketika saya berada di antara dua pilihan, saya harus memilih satu untuk saya terima jadi suami saya. Antara lelaki yang kala itu dekat dengan saya dengan lelaki pilihan orangtua, saya masih memilih lelaki pilihan saya. Tadinya saya berpikiran biarlah saya terima lelaki yang apa adanya yang penting dia sayang dan mencintai saya. Urusan rejeki sudah diatur oleh Allah. Dan kini setelah sama-sama menikah saya mendapat kabar bahwa dia sudah pergi meninggalkan kami semua karena kecelakaan beberapa bulan yang lalu.
Melihat keadaan rumah tangga saya yang tidak sebaik mereka-mereka yang saya tolak, saya jadi mikir dan bertanya dalam hati, "Kenapa dulu saya tak menerima dia, kalau saja dulu saya menerimanya tentu saya akan hidup bahagia, tidak seperti hidup saya yang sekarang seperti ini"
Apakah saya menyesal? awalnya ya, saya merasa saya telah salah memilih, tapi lambat laun saya jadikan penyesalan itu sebuah rasa syukur. Rasa syukur yang teramat besar karena telah membuat hidup saya berwarna. Warna-warna yang sangat indah dan menjadikan saya lebih dewasa dan matang dalam menghadapi hidup. Jika saya tak berada di level ini mungkin saya tidak sedekat dengan Allah, mungkin saya sombong dan mungkin juga saya tak acuh pada orangtua. Atau mungkin saya belum memiliki anak hingga sekarang.
Dengan hidup sederhana dan apa adanya seperti ini saya merasa nyaman karena saya tak pusing memikirkan kredit rumah, kredit motor, kredit mobil dan sebagainya. Seperti teman-teman saya yang terkadang harus berkali-kali mengganti nomor ponsel karena ditagih dan dililit hutang riba. Anak-anak yang lucu dan menggemaskan sudah cukup bagi saya untuk menetramkan hati saya. Allah itu baik dan mencukupi segala kebutuhan umatnya bukan mencukupi segala keinginan umatnya.
Yang pasti semua ada hikmahnya. Kadang apa yang terlihat baik ternyata tak baik bagi saya menurut Allah. Apa yang saya lihat tak baik mungkin itulah yang terbaik bagi saya menurut Allah. Hidup kita sudah yang ada yang mengatur, kita hanya tinggal menjalankan segala skenario yang sudah dtetapkan Allah dengan ikhlas dan tawakal. selalu ada hikmah dibalik semua peristiwa yang bisa kita petik. Tugas kita hanya bersyukur yang sebesar-besarnya. Mengharap ridho dari yang Maha Kuasa.
setuju mba...
ReplyDeleteAllah lebih tahu yang terbaik buat kita...
Suami baik dan setia itu anugrah..., kaya tapi selingkuh
.. duh! kelar idup.
Iya mbak, bersyukur yg paling penting ya mbak :)
ReplyDelete