brilio.net |
"Dik, besok aku ke rumahmu ya"
"Kenapa mas?"
"Aku mau ketemu sama orangtuamu"
"Yakin sampeyan mas?"
"Iya, lebih cepat lebih baik. Aku ingin hubungan kita segera dihalalkan"
Dua hari telah berlalu...
"Mas, sampeyan nggak jadi ke rumah?"
"Iya dik, Kemarin ada urusan mendadak jadi nggak sempat ke rumah, besok Minggu aku pasti datang"
"Oo... baiklah kalau begitu, aku tunggu ya..."
Seminggu kemudian...
"Dik, Apa nanti orangtuamu mau menerima aku?"
"Lho kenapa emangnya mas?"
"Kepikiran aja, takutnya nanti orangtuamu nolak aku"
"Sampeyan gimana sih mas, kemarin katanya udah yakin?"
"Iya, soale kerjaku kan masih serabutan, apa mungkin bapakmu mau nerima aku?"
"Oalah piye sampeyan mas, belum dicoba udah minder duluan"
"Kan sayang aja Dik, nanti aku udah capek-capek datang, keluar duit banyak untuk beli segala macam tau-tau ditolak"
"Katanya sampeyan laki-laki tapi kok kalah sebelum bertanding, pengecut sampeyan Mas"
"Bukan pengecut hanya jaga-jaga saja"
"Apapun namanya, tetap aja sampeyan itu pengecut, mending nggak usah lah Mas, Untuk memimpin dirimu sendiri aja sampeyan belum mampu, gimana mau memimpin aku Mas?
Dan kejadian terulang lagi, lagi dan lagi, si perempuan hanya dikasih harapan palsu aja. Katanya mau menikahinya tapi nggak kunjung dilamar. Janji hanya tinggal janji. Ucapannya tak satupun yang terjadi.
Dari percakapan di atas, gimana menurut kamu?
Apakah si lelakinya yakin mau menikahi si perempuan?
Apakah si laki-laki serius sama si perempuan? Atau hanya mempermainkan perasaannya saja?
Kalau menurut saya sih, mending nggak usah meneruskan hubungan sama laki-laki seperti itu. Tidak punya keyakinan. Tidak konsekwen dan tidak konsisten. Pikirannya masih mencla-mencle, nggak dewasa sama sekali.
Hei, kamu itu laki-laki. Mau ngelamar anak orang ya butuh modal, Zaman sekarang ini apa sih yang gratisan?... Butuh keseriusan juga yang utama. Kalau pelit dan perhitungan ya mending nggak usah menikahi anak orang. Gimana kamu mau memimpin sebuah keluarga jika kamu sendiri belum mampu memimpin dirimu sendiri. Menikah itu bukan hanya hubungan kalian berdua saja. Tapi juga menikah dengan semua keluarga besar. Butuh persetujuan kedua belah pihak. Baik keluarga si laki-laki maupun keluarga si perempuan. Jadi dirembukkan dulu rame-rame. Nggak putus di kamu berdua aja. Anak perempuan orang itu punya keluarga, punya ibu dan bapak, nggak nemu dijalan aja. Mau sama anak orang ya minta baik-baik dong sama keluarganya. Okelah jika laki-laki tidak memerlukan wali nikah tapi setidaknya keluarga mengetahui dan menyetujui. Yang utama itu komitmen, Kalau kamu nggak komit sama omongan kamu sendiri gimana kamu mau komitmen dalam berumah tangga?
Mungkin sangat berbeda jika keadaannya begini :
"Pak, saya ke sini mau melamar anak Bapak, Saya kerja di situ, sebagai itu, Niat saya baik ingin menikahi anak bapak. Saya janji akan menjaga anak Bapak dengan baik. Jika Bapak mengijinkan, minggu depan saya bawa keluarga saya ke sini."
Itu baru namanya laki-laki jantan. Kalau diterima ya Alhamdulillah... kalau tidak ya coba lagi siapa tau lain waktu diterima. Karena kegigihan dan keseriusan laki-laki itu kadang membuat orangtua si perempuan luluh dan akhirnya diterima menjadi menantunya.
Kalau kamu belum punya modal ya mending nabung dulu sampai punya modal. Jangan PHP mulu...
Jika tidak juga berhasil ya lebih baik mundur karena tidak satu bunga di taman.
Yang penting usaha dulu, jangan nyerah dulu.
puji saputri
Comments
Post a Comment