Wanita sering dilambangkan dengan bunga karena keharuman, keindahan dan kecantikannya. Bunga yang indah bertebaran di taman bunga membuat semua mata terpukau oleh keindahannya. Ada yang memetiknya lalu menyimpannya di balik lembaran buku hingga bertahun-tahun lamanya. Ada yang memetiknya untuk dijadikan hiasan kamarnya. Ada yang hanya sekedar menciumnya lalu pergi. Ada yang memetiknya lalu mencampakkannya begitu saja. Ada yang bersusah payah memetiknya hingga terluka karena saking indahnya bunga itu dan kemudian dia membuangnya karena caranya memetik bunga dengan kasar membuat kelopak bunga itu rusak dan tak berbentuk lagi. Sebaik-baik bunga adalah bunga yang tumbuh di tepi jurang, Orang hanya akan memandangnya saja dari kejauhan dan takut mengambilnya karena tak ingin terjatuh atau bunga itu rusak.
Ada bunga yang dengan sengaja di rawat dan dilindungi dengan pagar kayu agar tidak ada yang memetiknya. Ada juga bunga yang tak tersentuh tangan dan terbiarkan begitu saja, melayu lalu mati, hanya disentuh oleh kumbang yang menghisap madunya saja.
Ada bunga yang tumbuh ditepi bukit, di dalam air, di taman indah dan ada bunga yang tumbuh di tepi jalan. Ada bunga yang berduri ada yang tidak, Ada yang gampang memetiknya ada yang sulit. Ada yang bermanfaat bagi semua orang, ada yang hanya jadi sampah halaman. Contohnya bunga tepi jalan yang kecantikannya hanya sesekali dipandang tanpa arti bagi yang melihatnya. Jika bunganya mekar, indahlah jalan/taman si pemiliknya, jika dia tidak berbunga maka hidupnya di pangkas saat itu juga. Mengenaskan ya...
Lalu bagaimana jika kehidupan wanita diibaratkan dengan kehidupan bunga-bunga itu?
Jangan mau seperti bunga yang siapa saja boleh memetik dan menciumnya. Jadilah bunga yang selalu cantik tanpa dijamah tangan manusia sebelum waktunya.
Saya ada contoh cerita perempuan yang saya ibaratkan dengan bunga. Bunga ini awalnya bunga yang tumbuh di tepi jurang, bunga yang cantik yang diambil dan dirawat oleh seseorang pria tua di halaman rumahnya. Lelaki tua menaruh bunga itu di dalam pot bunga yang besar dan cantik. Di tangan lelaki tua, bunga itu tumbuh subur dan bersemi. Kemudian ada seorang pemuda yang sangat menyukai bunga itu dan berniat membelinya. Awalnya si lelaki tua keberatan karena hanya itu satu-satunya bunga yang cantik yang dia miliki. Dengan desakan si pemuda akhirnya lelaki tua itu memberikannya dengan harga yang wajar.
Tak lama, si pemuda datang lagi dengan membawa bunga itu kembali. Dia ingin mengembalikannya karena setiap kali pemuda itu mencium bunga itu dia terkena alergi dan bersin-bersin. Lelaki tua menerimanya kembali dengan senang hati. Lalu merawatnya seperti biasa.
Setelah beberapa waktu berlalu, datang lagi seorang pemuda menginginkan bunga itu. Lelaki tua sudah menjelaskan jika bunga ini pernah dibeli orang dan dikembalikan karena membuat bersin. Si pemuda ini tak keberatan dan sangat menyukai bunga itu, dia membeli bunga itu dan berjanji akan merawatnya dengan baik.
Bertahun telah berlalu, lelaki tua sedang berjalan-jalan di sebuah desa, Lalu terkejut saat menemukan bunga yang persis sama dengan bunga yang ia miliki beberapa tahun yang lalu. Sayangnya bunga itu kini tumbuh di tepi jalan rumah seseorang. Lelaki tua teramat ingin mengambilnya karena merasa tak pantas bunga secantik itu hanya dibiarkan tumbuh di tepi jalan.
Lelaki tua mengetuk pintu yang punya rumah berniat untuk memungut dan merawat bunga itu jika diijinkan. Alangkah terkejutnya si lelaki tua melihat pemuda yang membukakan pintu. Pemuda itu yang dulu membeli bunganya, Dan tidak salah lagi itulah bunga yang dimaksud.
Dengan senang hati si pemuda memberikan bunga itu kepada lelaki tua tsb. Karena si pemuda juga merasa sudah tidak menyukainya.
Dengan senang hati si lelaki tua merawat bunga itu dengan baik dan penuh kasih sayang. Sampai akhirnya lelaki tua itu mendapat banyak manfaat dari merawat bunga itu. Bunga tsb rupanya bunga sejuta manfaat. Bunga yang sudah beranak pinak dan menghasilkan uang itu membuat si lelaki tua kaya raya.
Mendengar kesuksesan lelaki tua dari bunga itu, pemuda yang terakhir membelinya menginginkan bunga itu lagi. Namun si lelaki tua tidak mengijinkan karena takut si pemuda tidak bertanggungjawab seperti dulu. Akhirnya si pemuda menyesal seumur hidupnya. Dan dia tak pernah bisa menemukan bunga langka itu meski dia sudah mencarinya kemana pun.
Jadi, moral cerita yang bisa disimpulkan, janganlah menganggap remeh bunga yang tampaknya sepele. Jika dia dirawat dengan baik dan penuh kasih sayang pasti akan memberi manfaat yang luar biasa. Tapi jika kita semena-mena dan memperlakukannya dengan buruk maka kita tidak akan mendapatkan kebaikan apapun darinya. Jangan menganggapnya sama seperti bunga yang tumbuh di tepi jalan. Yang diinjak, dirusak dan dimusnahkan tanpa berusaha merawatnya dengan baik. Kita akan menyesal saat tahu sejuta khasiatnya. Tempatkanlah dia sebagaimana tempat yang terbaik baginya. Rawatlah sebaik mungkin sebagaimana kau ingin menikmati keindahannya sampai kapanpun.
Nasib bunga di tepi jalan bukanlah sehina tempatnya, jika dia diletakkan di tempat yang indah dan dirawat dengan baik maka dia akan menjadi bunga yang memikat hati siapa saja. Dan bisa bernilai tinggi. Bukanlah keinginan bunga untuk tumbuh di tepi jalan. Terkadang seseorang yang mengambilnya dari tempat yang baik lalu membawanya dan membuangnya di tepi jalan begitu saja. Terkadang takdir dari yang Kuasa yang membuatnya tumbuh di tepi jalan. Tergantung bagaimana kita memperlakukannya.
puji saputri
Comments
Post a Comment