timur-angin.com |
Kita lahir karena cinta, dibesarkan oleh cinta, menikah karena cinta dan menua juga karena cinta. Apapun yang kita lakukan semua karena cinta.
Tapi ada lho yang merasa sulit untuk jatuh cinta? Kenapa? Ini mungkin bentuk pengecualian dari seluruh definisi cinta yang pernah ada.
Seperti percakapan berikut ini di hari pernikahan :
"Kenapa bidadarinya cemberut aja? senyum dong"
"Males"
"Nggak boleh gitu dek, kasihan suamimu jadi salah tingkah gitu"
"Biarin aja"
"Nggak enak dilihat orang lho, masak bibirnya manyun gitu?"
(Masih manyun)
"Dek, senyum dong... , duduknya agak dekat sedikit"
"Ah, kakak ini, ada-ada aja deh"
Kalau dipikir, seorang wanita yang sudah memutuskan untuk menikah tentu karena sudah yakin dengan pilihannya. Sudah siap lahir batin dengan hati dan cintanya untuk mengarungi bahtera rumah tangga bersama suaminya. Tapi berbeda dengan wanita yang dijodohkan dengan laki-laki yang bukan pilihannya. Dimana tak ada rasa suka apalagi cinta pada suaminya. Meski dia sudah berterus terang mengatakan bahwa dia tidak mencintai suaminya. Tapi beruntung si suami tidak terlalu menuntut banyak pada istrinya.
Beberapa minggu telah berlalu...
"Gimana dek, sudah bisa mencintai suamimu?"
"Kak, aku masih belum bisa menerimanya, aku nggak suka dia, aku benci, melihat wajahnya saja aku nggak mau"
"Kenapa?, apa dia berbuat tidak sopan padamu?"
"Bukan, dia justru sangat baik, tapi aku masih belum bisa menerimanya"
"Dek, begini... Sekarang kamu sudah menjadi seorang istri, tugasmu adalah mengabdi dan taat pada suamimu, Suka atau tidak, dia sekarang sudah menjadi imammu yang harus kamu hormati dan hargai."
"Tapi kak, gimana caranya?"
Pernikahan yang dijodohkan adalah wujud ketaatan seorang anak atas perintah orangtua. Karena orang tua pasti punya pandangan yang positif terhadap calon suami anak perempuannya. Orang tua juga sudah tahu bibit, bobot dan bebetnya. Orangtua tidak ingin kamu dinikahi oleh laki-laki yang salah. Orangtua ingin anaknya bahagia dengan menikahkan anaknya dengan pilihannya. Intinya tak ada orangtua yang berniat buruk terhadap anaknya.
Memang di awal pernikahan harus ada rasa suka sama suka atau saling cinta. Tapi banyak juga kita melihat rumah tangga yang sukses dan bahagia karena awalnya diarahkan orangtua. Dan tidak sedikit pernikahan yang bermodal penuh cinta berakhir dengan perceraian. Tragis bukan? Lebih baik yang mana. (Kalau boleh jujur sih yang bermodal cinta, sukses dan bahagia selamanya).
Cobalah berfikir lebih arif bijaksana dan dewasa. Belajarlah untuk mencintainya. Bisa jadi sesuatu yang kamu tak suka itu baik untukmu dan bisa jadi yang kamu suka itu tak baik untukmu.
1. Mulailah dengan berkenalan, kenali suamimu lahir dan batin.
2. Bukalah hatimu untuknya selebar mungkin, jangan setengah-setengah.
3. Tanyakan diri sendiri, apa yang membuat kamu tak menyukainya.
4. Renungkan baik-baik, mungkin kamu tak memberinya kesempatan untuk memberikan kesan yang baik padamu.
5. Beri dia kesempatan untuk menunjukkan kualitas dirinya yang terbaik kepadamu.
6. Pusatkan perhatianmu pada sisi baik dari dirinya.
7. Percaya pada keikhlasan hatimu karena itu dapat mengembangkan hubungan yang dapat membahagiakan keluarga besarmu.
Memang semua itu butuh proses, butuh waktu untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Intinya sekarang berusahalah dahulu. Lakukan semampu yang kamu bisa. Cinta akan datang seiring berjalannya waktu.
Bayangkan ketika pertama kali kamu berkenalan dengan laki-laki. Kamu kenalan, terus keluar walau hanya sekedar makan malam atau cuci mata. Saling bercerita, kemudian tanpa kamu sadari akan timbul benih-benih cinta pada suamimu.
Keadaan seperti dirimu ini banyak positifnya lho... paling tidak kamu berada di level aman yaitu dia lebih mencintaimu daripada kamu lebih mencintainya. Jodoh yang baik itu adalah jodoh yang benar-benar sayang pada kita, dan mencintai Allah.
Sebenarnya tidak terlalu memaksa juga. Jika setelah sekian lama berkenalan kamu masih belum juga menemukan sedikitpun jalan untuk bersatu maka kalian bisa jujur mengatakan pada orangtua bahwa kalian tidak bisa memenuhi keinginan mereka. Tentunya dengan satu alasan yang kuat.
Kita hidup di dunia sudah ada pasangannya. Kita harus terus berusaha untuk mendapatkan pasangan yang terbaik. Bahkan bila perlu pasangan yang akan terus mendampingi kita sampai mati. Pasangan yang mampu mendidik anak-anak dengan baik, pasangan tempat berbagi cerita. pasangan yang saling mengingatkan, pasangan yang saling melengkapi, menguatkan dan membahagiakan, pasangan yang saling menyayangi dan dapat membawa kebaikan pada agama, dan membawa keselamatan hidup di dunia dan di akhirat.
Setelah beberapa bulan...
"Kak, makasi ya sarannya"
"Duh yang lagi berbunga-bunga, nah gitu dong..."
"Kakak benar, cinta akan datang seiring waktu berlalu"
"Kamu yang membuktikannya"
"Sekarang aku sangat mencintai suamiku, dia adalah suami yang selama ini aku impikan"
"Jadi seberapa sulit mencintainya?"
"Tidak sulit jika kita mau mencoba dan berusaha"
Sekarang saya senang melihatnya selalu romantis dengan suaminya. Dia beruntung punya suami yang sangat sayang dan mencintainya. Dan lebih senagnya lagi, setelah satu tahun menanti kehadiran buah hati, akhirnya dia hamil. Kebahagiaan yang tidak hanya menjadi kebahagiaan mereka tapi juga kebahagiaanku dan keluarga besarku.
puji saputri
Ngomongin cinta yaa.. syukurlah sudah akur dan bahagia
ReplyDeleteAlhamdulillah,,, akur terus ya mbak. :)
DeleteHohoho.. Kujadi teringat sama sahabatku yg dijodohin dan nikah sehabis lulus SMA
ReplyDeleteDia bilang gini waktu itu: "Pokoknya aku ga mau buka jilbab di depan kak Fulan"
Setelah 10 tahun pernikahan, anaknya sudah 4 😂
Ga mau krn blm kenal, sdh kenal ya gitu deh,,, :)
DeleteUntung aku nikah dulu ga dijodohin.. Tapi slalu salut ama org yg dijodohin dan lama2 bisa jatih cinta ama pasangannya :). Ini mamaku banget mba.. Dulu pas nikah juga dipaksa ama papa.. Dan mama sempet nangis malah di pelaminan.. Tp seiring waktu, mamapun akhirnya bisa kok pelan2 belajar menyayangi papa ampe skr :) .. .
ReplyDeleteIya mbak, salut bgt sm yg bahagia krn dijodohkan, perjuangannya itu luar biasa... :)
Delete