bellagio-ballroom.com |
Rumah tangga siapa yang tidak pernah mengalami yang namanya pertengkaran? Pasti kita semua pernah melaluinya. Seberapa sering?
Setiap saat atau waktu tertentu saja? Pertengkaran itu sebetulnya mencerminkan dinamika terdalam dari pernikahan. Dan apa yang diungkapkan dari pasangan dalam pertengkaran itu seharusnya dapat dijadikan evaluasi secara cermat. Tapi ingat ya, dalam pertengkaran justru kita mempunyai sahabat karib yang paling akrab yaitu 'kemarahan'. Marah ibarat lampu peringatan emosi yang memberitahu kita bahwa ada hal-hal yang membuat kita berada di titik yang menyakitkan hati bisa jadi dengan kata yang merendahkan atau pelanggaran.
Terlalu sering bertengkar menandakan kebosanan, kemonotan, bisa juga pertanda hubungan sudah mati secara emosional. Oleh karena itu pertengkaran menjadi satu-satunya cara untuk kita membangkitkan kembali rangsangan emosional itu untuk meyakinkan diri sendiri bahwa kita masih saling peduli.
Saat bertengkar kita mengeluarkan energi yang kuat untuk mengeluarkan emosi. Energi itu membuktikan bahwa masih ada kehidupan di dalam hubungan perkawinan kita. Saatnya mencari hal-hal baru yang menarik bersama, mengembangkannya dan menghargai perhatian yang diberikan, sekecil apapun itu.
Setiap saat atau waktu tertentu saja? Pertengkaran itu sebetulnya mencerminkan dinamika terdalam dari pernikahan. Dan apa yang diungkapkan dari pasangan dalam pertengkaran itu seharusnya dapat dijadikan evaluasi secara cermat. Tapi ingat ya, dalam pertengkaran justru kita mempunyai sahabat karib yang paling akrab yaitu 'kemarahan'. Marah ibarat lampu peringatan emosi yang memberitahu kita bahwa ada hal-hal yang membuat kita berada di titik yang menyakitkan hati bisa jadi dengan kata yang merendahkan atau pelanggaran.
Terlalu sering bertengkar menandakan kebosanan, kemonotan, bisa juga pertanda hubungan sudah mati secara emosional. Oleh karena itu pertengkaran menjadi satu-satunya cara untuk kita membangkitkan kembali rangsangan emosional itu untuk meyakinkan diri sendiri bahwa kita masih saling peduli.
Saat bertengkar kita mengeluarkan energi yang kuat untuk mengeluarkan emosi. Energi itu membuktikan bahwa masih ada kehidupan di dalam hubungan perkawinan kita. Saatnya mencari hal-hal baru yang menarik bersama, mengembangkannya dan menghargai perhatian yang diberikan, sekecil apapun itu.
Pertengkaran yang baik adalah pertengkaran yang membuat hubungan kita semakin mesra dan romantis justru setelah bertengkar. Apa saja itu?
1. Pertengkaran yang membeberkan.
Kadang kita akan membiarkan kemarahan dan sakit itu menumpuk begitu saja. Lebih banyak diam sebagai wujud penerimaan perbedaan. Tidak masalah sih kalau pertengkaran itu hanya masalah kecil, tidak disengaja atau jarang dilakukannya. Tapi jika sering terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama? perasaan yang tertekan bisa menimbulkan masalah yang serius jika tidak berusaha untuk mencari penyelesaiannya.
Menahan kemarahan adalah perbuatan yang sia-sia jika pasangan sama sekali tidak pernah merasa bersalah atau berdosa telah menyakiti kita bahkan sampai pada level yang paling menyakitkan sekalipun. Di saat marah seperti ini, biasanya kita akan mulai berontak dengan memberitahunya bahwa kinilah saatnya untuk mengajarkannya tentang bagaimana seharusnya memperlakukan kita. Pasangan tidak akan pernah tahu apa yang kita mau jika kita hanya mendiamkannya saja.
Diskusikan dengan baik dengan pasangan kita, katakan apa yang kita mau, apa yang dia mau, apa yang kita tak mau dan apa yang kita ingin dia lakukan untuk kita, Apa saja yang membuat kita marah, apa yang membuat dia marah dan apa yang harus kita masing-masing lakukan agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Ajarkan pasangan bagaimana cara memperlakukan kita. Minta pasangan mengajarkan kita bagaimana cara memperlakukannya. Cari waktu yang baik untuk mendiskusikannya dan membeberkan hal-hal yang menyangkut perasaan yang terluka atau pemicu kemarahan itu.
Dengan cara ini kita bisa mengeluarkan semua uneg-uneg kita dalam pembahasan yang lebih hangat dan terbuka. Biasanya, setelah ini kita akan merasa lebih lega, lebih dekat dan lebih romantis yang membuat kita semakin sayang dan saling mencintai. Ya walaupun perubahan yang didapat tidak sesempurna yang kita mau tapi setidaknya ada usaha untuk melakukan perubahan yang baik pada salah satunya atau keduanya. Lambat laun semua akan membaik dengan sendirinya asal kontiniu menerapkannya. Intinya jadilah tim yang baik dan gigih untuk melakukan perubahan yang lebih baik demi keutuhan pernikahan.
2. Pertengkaran yang menjelaskan.
Memang tidak semua hal perlu dijelaskan hanya untuk menjernihkan suasana atau menciptakan saling pengertian yang lebih baik satu sama lainnya. Terkadang kita tidak tega untuk menjelaskan jika hal itu menyakitkan, tapi meskipun sakit kita tetap harus menjelaskannya, ibarat pisau bedah yang akan mengeluarkan racun atau penyakit dalam tubuh kita, tubuh akan rusak dan meninggalkan bekas sayatan namun setelah kita sembuh, kita menjadi lebih sehat dan hubunganpun semakin baik, semakin dekat dan kita berdua menjadi semakin romantis.
3. Pertengkaran yang menyesuaikan.
Kita ataupun pasangan mungkin punya harapan dan tujuan tertentu dalam hubungan atau keinginan yang sulit untuk dipenuhi. Apalagi jika harapan dan tuntutan itu bertentangan dengan realita yang ada. Rasa kecewa dan frustasi yang menumpuk karena harapan yang tak terpenuhi membuat pertengkaran berada pada posisi yang siap meledak.
Mendiskusikan semua harapan kita berdua memang sulit. Perlu penyesuaian yang baik terhadap pengertian kita berdua untuk mewujudkan sesuatu yang membuat hidup kita menjadi lebih bermakna. Tak jarang diskusi ini menguapkan semua buih-buih harapan kita dan menggantinya menjadi harapan berdua yang lebih baik dan realistis.
Bagaimana caranya mengungkapkan timbunan kemarahan agar perkawinan tetap utuh?
1. Dengarkan.
Jadilah pendengar yang baik, biarkan pasangan mengeluarkan kemarahannya secara utuh, Dengarkan dengan cermat apa yang menjadi pokok permasalahan yang membuatnya marah. Sekali lagi dengarkan dengan cermat apa yang dikatakannya. Jangan memotong pembicaraanya apalagi membantah. Dengarkan saja, dengar, dengar dan dengar.
2. Tanyakan.
Saat pasangan sudah selesai bicara, tanyakan padanya "Kamu ingin aku bagaimana? melakukan apa?" atau "Bagaimana aku bisa membantumu untuk hal itu?". Cerna dalam hati apakah hal itu adil buat kita? apakah rasa sakitnya bisa dimaklumi? apakah kesalahannya masih bisa dimaafkan?.
3. Redakan.
Jadilah tim yang baik untuk mewujudkan kesepakatan bersama. Usahan agar diskusi tidak berlangsung sengit. Pusatkan pikiran untuk menyelesaikan masalah. Kini saatnya untuk meredakan kemarahannya.
Mungkin kita bertanya, "kapan aku mendapat giliran untuk mengungkapkan kemarahan? bolehkah sekarang?" boleh, tapi jika benar-benar ingin menyelesaikan masalah sebaiknya jangan mengungkapkan pendapat kemarahan kita saat ini juga. Cari hari dan waktu yang lain yang juga baik untuk membicarakan kemarahan kita. Tunjukkan tekad untuk menyelesaikan masalah ini.
Semoga setelah ini kita mampu menyelesaikan setiap perbedaan dalam komunikasi yang lebih baik.
puji saputri
puji saputri
Comments
Post a Comment