Ada teman saya, orang tuanya kaya raya hidup mewah bergelimang harta. Teman saya ini bersaudara empat orang dua perempuan dan dua laki-laki. Mereka kakak beradik disekolahkan tinggi-tinggi sampai ke luar negeri. Bisnis mereka lancar dan sukses. Ibunya cantik dibalut manja dengan sandangan yang harganya sangat mahal. Teman saya juga.
Setelah menikah teman saya ikut suaminya ke luar daerah jauh dari orang tuanya. Kakak perempuannya juga ikut suaminya ke indonesia timur setelah menikah dua tahun yang lalu. Tinggal dua adik laki-lakinya yang belum menikah dan bekerja mengurus perusahaan ayahnya.
Dua tahun menjalani pernikahan rupanya terkuak sebuah rahasia bahwa suaminya adalah pria yang telah beristri. Dalam rasa kalut karena menghadapi masalah rumah tangganya, sang kakak meneleponnya dan mengatakan bahwa suaminya telah berselingkuh dan telah menikah diam-diam. Teman saya tidak ingin menambah beban sang kakak. Dia hanya diam mendengar cerita sang kakak sambil berurai air mata.
Adiknya yang laki-laki telah menikah setahun yang lalu. Sejak pernikahan adiknya itu perusahaan mulai mengalami kemerosotan. Banyak pengeluaran yang tidak penting. Ternyata setelah diteliti, masalah itu datang dari istri adik laki-lakinya. Dia menguras habis uang perusahaan sampai mengalami kebangkrutan.
Harta benda mulai terjual, saham perusahaan tergadai, bisnis hancur dan terlilit hutang. Beberapa investasi rumah hangus terbakar. Dalam keterpurukan menghadapi masalah hidupnya, dua anak perempuannya datang dengan senyuman getir karena perpisahan dengan suami mereka. Yang satu membawa seorang anak laki-laki dan yang satunya sedang hamil tua.
Ayah frustasi karena bisnis yang dibangunnya bertahun-tahun sekarang harus berhadapan dengan yang namanya kehancuran. Ditambah lagi rumah tangga anaknya yang juga ikut hancur. Ibu juga panik karena perhiasannya mulai terjual satu satu.
Di tengah carut marutnya badai kehidupan ayahnya mendapat surat panggilan penahanan karena temannya mengadukannya ke polisi atas tuduhan penipuan. Bukan menipu sebenarnya hanya saja banyak proyek kerjasama mereka yang gagal sementara investasi dana sudah tidak ada. Rumah tersita. Dalam rapat keluarga yang menegangkan itu datang seorang perempuan muda yang cantik dengan perut yang membesar. Meminta pertanggungjawaban anak laki-laki bungsunya. Sang ayah digiring ke kantor polisi dengan hati yang tercabik-cabik.
Roda telah berputar. yang dulu berada di atas kini berada di bawah. yang dulu dihormati banyak orang kini terinjak-injak. Kini mereka hanya tinggal di rumah kontrakan sederhana. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan anak cucu, mereka berjualan pecel dan nasi uduk. Sementara anak laki-lakinya karena malu dengan keadaan keluargannya mereka memilih pergi ntah kemana.
Dalam dinginnya dinding penjara sang ayah menangis. mengingat semua masa lalu. mengingat semua orang yang pernah dia sakiti dulu. Dia teringat mantan kekasihnya yang dulu sudah bertunangan dengannya. Tiba-tiba dia harus membatalkan pernikahannya karena sudah jatuh hati kepada istrinya yang sekarang. Padahal tunangannya itu dalam keadaan hamil. Bahkan dia tidak tahu dimana tunangannya itu sekarang, apalagi untuk melihat wajah anaknya apakah laki-laki atau perempuan. Dia ingat pernah mengusir seorang pengemis di lampu merah karena menghalangi jalannya dan meludahi wajah pengemis itu. Boro-boro memberi sedikit uang yang diberi malah ludah. Dia juga sering memecat office boy dengan seenaknya padahal hanya karena menumpahkan kopi ke kertas berkas presentasinya saat dia menaruh kopi di meja kerjanya. Tak jarang juga dia menghardik dan memaki bawahannya jika kinerjanya dinilai kurang baik. Banyak lagi jika harus diingat satu-satu.
Sementara sang ibu dalam gelapnya malam bersujud menangis memohon ampun atas perbuatannya dulu. Dia teringat ketika merebut tunangan seorang wanita hamil. Dia ingat waktu membuang dagangan seorang nenek hanya karena kecapnya muncrat mengotori pakaiannya. Dia ingat ketika tidak memberi gaji pembantunya hanya karena tidak sengaja memecahkan guci kesayangannya. Dia ingat tidak pernah bersedekah, tidak pernah berdoa dan ibadahnyapun hanya sekedar saja.
Kalau sudah begini siapa yang salah? siapa yang harus disalahkan? siapa yang menerima akibatnya? bagaimana caranya mengembalikan semua seperti semula. Jika waktu bisa diulang ingin rasanya memperbaiki semua kesalahan yang pernah dibuat. Tapi apa daya nasi sudah menjadi bubur.
Setelah menikah teman saya ikut suaminya ke luar daerah jauh dari orang tuanya. Kakak perempuannya juga ikut suaminya ke indonesia timur setelah menikah dua tahun yang lalu. Tinggal dua adik laki-lakinya yang belum menikah dan bekerja mengurus perusahaan ayahnya.
Dua tahun menjalani pernikahan rupanya terkuak sebuah rahasia bahwa suaminya adalah pria yang telah beristri. Dalam rasa kalut karena menghadapi masalah rumah tangganya, sang kakak meneleponnya dan mengatakan bahwa suaminya telah berselingkuh dan telah menikah diam-diam. Teman saya tidak ingin menambah beban sang kakak. Dia hanya diam mendengar cerita sang kakak sambil berurai air mata.
Adiknya yang laki-laki telah menikah setahun yang lalu. Sejak pernikahan adiknya itu perusahaan mulai mengalami kemerosotan. Banyak pengeluaran yang tidak penting. Ternyata setelah diteliti, masalah itu datang dari istri adik laki-lakinya. Dia menguras habis uang perusahaan sampai mengalami kebangkrutan.
Harta benda mulai terjual, saham perusahaan tergadai, bisnis hancur dan terlilit hutang. Beberapa investasi rumah hangus terbakar. Dalam keterpurukan menghadapi masalah hidupnya, dua anak perempuannya datang dengan senyuman getir karena perpisahan dengan suami mereka. Yang satu membawa seorang anak laki-laki dan yang satunya sedang hamil tua.
Ayah frustasi karena bisnis yang dibangunnya bertahun-tahun sekarang harus berhadapan dengan yang namanya kehancuran. Ditambah lagi rumah tangga anaknya yang juga ikut hancur. Ibu juga panik karena perhiasannya mulai terjual satu satu.
Di tengah carut marutnya badai kehidupan ayahnya mendapat surat panggilan penahanan karena temannya mengadukannya ke polisi atas tuduhan penipuan. Bukan menipu sebenarnya hanya saja banyak proyek kerjasama mereka yang gagal sementara investasi dana sudah tidak ada. Rumah tersita. Dalam rapat keluarga yang menegangkan itu datang seorang perempuan muda yang cantik dengan perut yang membesar. Meminta pertanggungjawaban anak laki-laki bungsunya. Sang ayah digiring ke kantor polisi dengan hati yang tercabik-cabik.
Roda telah berputar. yang dulu berada di atas kini berada di bawah. yang dulu dihormati banyak orang kini terinjak-injak. Kini mereka hanya tinggal di rumah kontrakan sederhana. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan anak cucu, mereka berjualan pecel dan nasi uduk. Sementara anak laki-lakinya karena malu dengan keadaan keluargannya mereka memilih pergi ntah kemana.
Dalam dinginnya dinding penjara sang ayah menangis. mengingat semua masa lalu. mengingat semua orang yang pernah dia sakiti dulu. Dia teringat mantan kekasihnya yang dulu sudah bertunangan dengannya. Tiba-tiba dia harus membatalkan pernikahannya karena sudah jatuh hati kepada istrinya yang sekarang. Padahal tunangannya itu dalam keadaan hamil. Bahkan dia tidak tahu dimana tunangannya itu sekarang, apalagi untuk melihat wajah anaknya apakah laki-laki atau perempuan. Dia ingat pernah mengusir seorang pengemis di lampu merah karena menghalangi jalannya dan meludahi wajah pengemis itu. Boro-boro memberi sedikit uang yang diberi malah ludah. Dia juga sering memecat office boy dengan seenaknya padahal hanya karena menumpahkan kopi ke kertas berkas presentasinya saat dia menaruh kopi di meja kerjanya. Tak jarang juga dia menghardik dan memaki bawahannya jika kinerjanya dinilai kurang baik. Banyak lagi jika harus diingat satu-satu.
Sementara sang ibu dalam gelapnya malam bersujud menangis memohon ampun atas perbuatannya dulu. Dia teringat ketika merebut tunangan seorang wanita hamil. Dia ingat waktu membuang dagangan seorang nenek hanya karena kecapnya muncrat mengotori pakaiannya. Dia ingat ketika tidak memberi gaji pembantunya hanya karena tidak sengaja memecahkan guci kesayangannya. Dia ingat tidak pernah bersedekah, tidak pernah berdoa dan ibadahnyapun hanya sekedar saja.
Kalau sudah begini siapa yang salah? siapa yang harus disalahkan? siapa yang menerima akibatnya? bagaimana caranya mengembalikan semua seperti semula. Jika waktu bisa diulang ingin rasanya memperbaiki semua kesalahan yang pernah dibuat. Tapi apa daya nasi sudah menjadi bubur.
Maka dari itu, hati-hatilah dengan apa yang kita tanam hari ini. Karena kita akan menuai hasilnya nanti. Benih yang kita semai kadang bisa membuat hidup kita menjadi baik dan juga bisa membuat hidup kita menjadi lebih buruk. Apakah itu untuk hidup kita sendiri atau untuk hidup seseorang sesudah kita nanti. Apapun dan siapapun kita pasti akan menikmati hasil dari benih yang kita tanam pada hari ini.
Jika ingin mendapat kesuksesan tanamlah kerja keras.
Jika ingin mendapat kerukunan tanamlah sifat pemaaf.
Jika ingin mendapat keharmonisan tanamkan sifat tenggang rasa.
Jika ingin mendapat kemajuan tanamlah kesabaran.
Jika ingin mendapat kemenangan tanamkan kegigihan.
Jika ingin mendapat kepercayaan tanamkan kejujuran.
Jika ingin mendapat kebesaran jiwa tanamlah sifat rendah hati.
Jika ingin mendapat keakraban persahabatan tanamkan kebaikan dan keterbukaan.
Begitu juga sebaliknya
Jika kita sombong maka kita akan hancur.
Jika kita berbohong maka kita tak akan dipercaya.
Jika kita serakah maka kita akan rugi.
Jika kita egois hanya mementingkan diri sendiri maka kita akan hancur.
Jika kita malas maka kita akan tertinggal dan bodoh.
Jika kita suka bergunjing maka kita akan mendapat musuh.
Jika kita pelit maka tak ada yang mau berteman dengan kita/dipencilkan.
Jika kita zolim maka kita akan menderita.
Jika kita berdosa maka kita akan mendapat hukumannya.
Jika kita megambil/mencuri milik orang maka milik kita juga akan diambil orang.
Seperti kata pepatah "hukum karma pasti berlaku" Mungkin saat ini tidak terjadi pada diri kita sendiri tapi mungkin pada saudara atau anak cucu kita nanti.
Beruntung jika mereka nanti akan menuai hasil dari kebaikan kita, bahagialah mereka. Tapi jika mereka nanti menuai kesengsaraan atas keburukan yang kita tanam dulu, tentu sungguh menyedihkan.
Yuk kita tanam yang baik-baik saja agar nanti kita akan menuai hasil yang baik pula.
puji saputri
Photo by : pangeranmenulis.blogspot.com
Jika ingin mendapat kerukunan tanamlah sifat pemaaf.
Jika ingin mendapat keharmonisan tanamkan sifat tenggang rasa.
Jika ingin mendapat kemajuan tanamlah kesabaran.
Jika ingin mendapat kemenangan tanamkan kegigihan.
Jika ingin mendapat kepercayaan tanamkan kejujuran.
Jika ingin mendapat kebesaran jiwa tanamlah sifat rendah hati.
Jika ingin mendapat keakraban persahabatan tanamkan kebaikan dan keterbukaan.
Begitu juga sebaliknya
Jika kita sombong maka kita akan hancur.
Jika kita berbohong maka kita tak akan dipercaya.
Jika kita serakah maka kita akan rugi.
Jika kita egois hanya mementingkan diri sendiri maka kita akan hancur.
Jika kita malas maka kita akan tertinggal dan bodoh.
Jika kita suka bergunjing maka kita akan mendapat musuh.
Jika kita pelit maka tak ada yang mau berteman dengan kita/dipencilkan.
Jika kita zolim maka kita akan menderita.
Jika kita berdosa maka kita akan mendapat hukumannya.
Jika kita megambil/mencuri milik orang maka milik kita juga akan diambil orang.
Seperti kata pepatah "hukum karma pasti berlaku" Mungkin saat ini tidak terjadi pada diri kita sendiri tapi mungkin pada saudara atau anak cucu kita nanti.
Beruntung jika mereka nanti akan menuai hasil dari kebaikan kita, bahagialah mereka. Tapi jika mereka nanti menuai kesengsaraan atas keburukan yang kita tanam dulu, tentu sungguh menyedihkan.
Yuk kita tanam yang baik-baik saja agar nanti kita akan menuai hasil yang baik pula.
puji saputri
Photo by : pangeranmenulis.blogspot.com
Comments
Post a Comment