soloevent.id |
Apa yang pertama kali diperbincangkan saat ketemuan di acara reuni? tinggal dimana sekarang? apakah sudah menikah? berapa orang anakmu? suamimu kerja dimana? dan bla bla bla bla...
Itulah pertanyaan yang paling simple
dan sering dilontarkan ketika ngobrol dengan teman-teman. Disadari atau tidak, bagi sebagian orang mungkin pertanyaan itu hanya sekedar obrolan ringan saja. Tapi bagaimana jika pertanyaan itu dilontarkan pada teman yang kebetulan memang belum menikah, belum punya suami apalagi punya anak. Atau sudah menikah tapi belum juga diberi momongan. Tentu pertanyaan itu akan menyinggung perasaannya dan membuatnya malu.
dan sering dilontarkan ketika ngobrol dengan teman-teman. Disadari atau tidak, bagi sebagian orang mungkin pertanyaan itu hanya sekedar obrolan ringan saja. Tapi bagaimana jika pertanyaan itu dilontarkan pada teman yang kebetulan memang belum menikah, belum punya suami apalagi punya anak. Atau sudah menikah tapi belum juga diberi momongan. Tentu pertanyaan itu akan menyinggung perasaannya dan membuatnya malu.
Apalagi jika pertanyaan itu menjurus ke arah yang lebih sensitif lagi. Misal tentang pendidikan, bisnis, pekerjaan dll. Bagi sebagian teman yang memiliki pekerjaan yang biasa pasti merasa minder dan rikuh jika ditanya soal itu. Bahkan mungkin mereka lebih memilih diam atau menjauh dari kerumunan. Dan bagi teman-teman yang mapan dan sukses tentu akan ngobrol ngalor ngidul tentang pencapaian-pencapaian yang sudah dia raih dengan hasil yang membanggakan. Tanpa disadari semua terkesan seolah-olah sedang memamerkan harta kekayaannya.
Berlanjut dengan perbincangan tentang penampilan dan fashion. Sebagian ada yang sibuk bicara tentang gaya busana yang mewah dengan tas branded, jam tangan keren, sepatu yang kece badai dan ponsel canggih keluaran terbaru. Ada juga yang membahas kosmetik dan salon terbaik dan lain sebagainya. Sadarkah kita bahwa ada sebagian teman kita yang merasa terkucilkan karena tak bisa mengimbangi obrolan kita yang menengah ke atas. Dan tak jarang hal seperti itu membuat banyak teman-teman kurang bersemangat untuk pergi ke acara reunian bahkan ada yang dengan lantang mengatakan tak akan pergi ke acara reuni.
Saya saja terkadang pernah melihat beberapa teman yang rendah diri dan kecil hati, jika sedang berkumpul ke acara reuni atau sekedar kopdar dengan teman-teman. Meski sebenarnya saya juga merasakan hal yang sama dengan mereka, hehe... Sebagian teman datang dengan tangkringan yang keren-keren, mobil bagus dan motor keren, terbukti banyaknya kendaraan yang parkir di pelataran lokasi reuni. Sementara ada teman yang datang dengan menaiki angkutan umum. Apalagi saya yang hanya datang dengan motor bebek keluaran tahun 90an. Motor kenang-kenangan saat dulu pertama kali ayah saya bisa membeli motor. Motor yang bisa tiba-tiba mati mendadak di tengah jalan karena usianya. Teman-teman yang satu rasa (minder) tadi kadang harus bersembunyi, menjauh dari teman-teman yang lain atau sebisa mungkin tak menampakkan diri di hadapan mereka karena perasaan minder itu tadi.
Ada juga diantara mereka yang mulai bicara soal prestasi anaknya yang pintar dan meraih medali dari olimpiade macam-macam. Memang kita tak akan menyadari semua itu karena bagi kita membicarakan hal itu hanya biasa saja. Tapi bagaimana bagi teman kita yang tak ada satupun yang bisa dibanggakannya? dan niatnya datang ke acara reuni semata-mata karena ingin melepas rindu bertemu dengan kita yang sudah bertahun-tahun tidak bersua.
Lalu apa bagusnya sebuah reuni jika reuni hanya untuk membeda-bedakan kasta dan derajat seseorang? Apa hebatnya reuni jika selalu dijadikan tempat curhatnya orang sukses dan jadi ajang 'pamer harta dan kekuasaan'. Tentu kita tidak ingin hal semacam itu terjadi bukan? Hargailah teman-teman yang kehidupannya kurang beruntung dari kita. Apakah reuni hanya untuk mengecilkan hati teman-teman yang kurang beruntung? tentu tidak kan?.
Coba kita balikkan posisinya, bagaimana jika kita yang mengalami hidup yang kurang beruntung berada di tengah-tengah kumpulan teman yang obrolannya hanya membahas hal-hal yang terkesan hedonis? Apa yang kita rasakan? sedih bukan? Lalu apa yang kita lakukan? diam saja, minder atau meninggalkan acara tersebut secara diam-diam? Bisa dipastikan pertemuan reuni yang berikutnya kita tidak akan datang.
Oleh karena itu banyak dari teman kita yang sewaktu sekolah sangat akrab bahkan sahabat karib sekarang malah merasa seperti punya jarak dengan kita.
Sebenarnya tak ada yang salah dari acara reuni itu sendiri. Jika reuni itu kembali ke tujuan awalnya yaitu saling melepas rindu setelah bertahun-tahun tidak ketemu, bahkan ada yang puluhan tahun. Mulai dari teman SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Saling menyapa dan melihat apakah semua masih tetap sehat dan gigih dalam menjalani kehidupan. Jangan biarkan status sosial menghalangi persahabatan yang sudah terjalin sejak lama. Jadikanlah persahabatan sebagai sesuatu yang tak ternilai harganya. Janganlah cuap-cuap berlebihan dalam memamerkan jabatan dan harta kekayaan karena hanya orang norak dan tidak punya perasaan yang akan berbuat seperti itu. Orang yang cerdas justru tidak pernah mengukur harta dan jabatan sebagai standar kesuksesan seseorang. Karena harta dan jabatan itu hanyalah bersifat sementara. Jangan juga reuni dijadikan wadah untuk menyebarluaskan gosip. Membicarakan aib atau kekurangan teman ke teman yang lainnya. Ngaak enak banget rasanya jika jadi objek pergunjingan teman-teman karena pernikahan yang kandas, atau karena sudah menikah dua kali atau suaminya/keluarganya masuk penjara atau masalah lainnya.
Tapi beruntung teman-teman saya tidak seperti itu. Kami menyadari betul arti persahabatan. Kami tidak pernah membedakan status sosial. Semua sama, sama-sama teman yang menyenangkan dan membanggakan. Kalaupun ada yang norak hanya segelintir saja.
Jika reuni dengan tujuan kekompakan dan persahabatan tanpa membedakan status sosial, saya yakin tiap reuni bisa diprediksi akan semakin banyak jumlah teman yang berkenan hadir. Tak perlu reuni dipoles semewah mungkin atau diadakan di hotel/resto mewah tujuannya untuk menghargai kondisi teman yang kekurangan. Cukup ditempat sederhana yang penting guyup, hangat dan kekeluargaan.
Coba kita balikkan posisinya, bagaimana jika kita yang mengalami hidup yang kurang beruntung berada di tengah-tengah kumpulan teman yang obrolannya hanya membahas hal-hal yang terkesan hedonis? Apa yang kita rasakan? sedih bukan? Lalu apa yang kita lakukan? diam saja, minder atau meninggalkan acara tersebut secara diam-diam? Bisa dipastikan pertemuan reuni yang berikutnya kita tidak akan datang.
Oleh karena itu banyak dari teman kita yang sewaktu sekolah sangat akrab bahkan sahabat karib sekarang malah merasa seperti punya jarak dengan kita.
Sebenarnya tak ada yang salah dari acara reuni itu sendiri. Jika reuni itu kembali ke tujuan awalnya yaitu saling melepas rindu setelah bertahun-tahun tidak ketemu, bahkan ada yang puluhan tahun. Mulai dari teman SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Saling menyapa dan melihat apakah semua masih tetap sehat dan gigih dalam menjalani kehidupan. Jangan biarkan status sosial menghalangi persahabatan yang sudah terjalin sejak lama. Jadikanlah persahabatan sebagai sesuatu yang tak ternilai harganya. Janganlah cuap-cuap berlebihan dalam memamerkan jabatan dan harta kekayaan karena hanya orang norak dan tidak punya perasaan yang akan berbuat seperti itu. Orang yang cerdas justru tidak pernah mengukur harta dan jabatan sebagai standar kesuksesan seseorang. Karena harta dan jabatan itu hanyalah bersifat sementara. Jangan juga reuni dijadikan wadah untuk menyebarluaskan gosip. Membicarakan aib atau kekurangan teman ke teman yang lainnya. Ngaak enak banget rasanya jika jadi objek pergunjingan teman-teman karena pernikahan yang kandas, atau karena sudah menikah dua kali atau suaminya/keluarganya masuk penjara atau masalah lainnya.
Tapi beruntung teman-teman saya tidak seperti itu. Kami menyadari betul arti persahabatan. Kami tidak pernah membedakan status sosial. Semua sama, sama-sama teman yang menyenangkan dan membanggakan. Kalaupun ada yang norak hanya segelintir saja.
Jika reuni dengan tujuan kekompakan dan persahabatan tanpa membedakan status sosial, saya yakin tiap reuni bisa diprediksi akan semakin banyak jumlah teman yang berkenan hadir. Tak perlu reuni dipoles semewah mungkin atau diadakan di hotel/resto mewah tujuannya untuk menghargai kondisi teman yang kekurangan. Cukup ditempat sederhana yang penting guyup, hangat dan kekeluargaan.
Sampai ketemu di reuni ya...
Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Aamiin...
puji saputri
Comments
Post a Comment