Skip to main content

Bermain 'Alek-Alek' Lebih Keren Dari Gadget


Ada yang tahu bermain 'alek-alek' itu apa? kalau di kampung saya Padang, 'alek-alek' itu adalah bermain 'masak-masakan'. Sudah pada tahu kan? Yang namanya bermain masak-masakan tentu identik dengan permainan anak perempuan.

Anak saya dari umur empat bulan, sudah saya kenalkan dengan benda ini. Meskipun waktu itu dia hanya akan menggigit dan memasukkan benda itu ke mulutnya. Sambil terus saya awasi dan saya arahkan dia jadi faham dan mengerti apa fungsi dari benda-benda itu. Sampai sekarang dia sudah mahir dan sangat menguasai setiap seluk beluk penggunaannya.
    

Ada kenangan paling berkesan dengan permainan 'alek-alek' ini. Di sini saya akan bercerita sedikit. Waktu itu pagi hari sekitar pukul sembilan, Ketika itu anak saya masih berumur satu setengah tahun. Anak gadis mungil saya yang sudah rapi dan cantik ini sedang bermain alek-alek di ruang tengah. Saya kedatangan tamu dari jauh, masih kerabat dengan saya. Tamu saya ada dua orang laki-laki. Saya sedang memasak di dapur ketika mereka datang. Setelah mengucap salam mereka disambut oleh ayah saya yang kebetulan sedang ada di rumah. Saya pun menghampiri mereka ke ruang tamu untuk menyapa.

Saya kembali ke dapur untuk melanjutkan memasak sekaligus membuatkan minuman untuk tetamu saya. Saya kemudian merebus air dengan panci kecil. Karena saya tidak suka menggunakan dispenser oleh karena itu setiap akan menyeduh minuman saya akan merebus air. Jadi tidak menggunakan air panas dari dispenser. Sembari menunggu air mendidih, saya tuang gula ke gelas. Kemudian saya menyambi lagi mengangkat gorengan saya yang sudah matang. Tiba-tiba saya di kejutkan suara ayah saya yang memanggil saya dengan sedikit teriak. Setelah mematikan kompor saya bergegas ke depan karena saya mengira anak saya terjatuh atau tertusuk benda. Alangkah terkejutnya saya karena gadis kecil saya sudah menyuguhkan minuman untuk tamu saya dengan menggunakan mainannya itu. Uniknya dia menyuguhkan lengkap dengan gelas dan piring alasnya. Tamu saya tertawa saat mendengar anak saya mempersilahkan mereka minum dan berkata "cilakan inum..." (silahkan minum..). Saya bengong sekaligus takjub melihat tingkahnya.

Kini di usianya yang sudah dua tahun lebih tiga bulan dia sudah bisa memasak nasi, menyetrika, menggoreng telor, merebus jagung, membuat mie ayam dan makanan yang lain dengan miniatur dapurnya. Lengkap dengan gayanya yang luwes bak cheff terkenal saat mencicipi masakannya. hahaha... Dia juga sudah bisa menyisir jagung, meremas santan, meremas pare, memblender cabe, mengaduk adonan bakwan, mengupas bawang, mencuci piring, mencuci baju, membilas pakaian, mencuci sayur dan menyapu. Semua karena dia saya libatkan dalam mengerjakan pekerjaan saya di rumah. Sadis ya kedengarannya kayak kerja paksa gitu? nggak lah, dia cuma ikut-ikutan menemani saya bekerja walau hasilnya malah membuat saya harus kerja dua kali.

Kenapa saya katakan bermain 'alek-alek' lebih keren? karena dengan permainan ini mampu mempengaruhi pertumbuhan anak menjadi pribadi yang cerdas dan mandiri. Bukan dari permainan 'alek-alek' saja sebenarnya, banyak manfaat dari permainan tradisional lainnya yang sangat baik bagi anak-anak seperti ; Dapat mengembangkan kecerdasan intelektual, mengembangkan kecerdasan emosi dan daya kreatifitas anak, meningkatkan kemampuannya bersosialisasi serta melatih kemampuan motoriknya. Permainan tradisional itu antara lain ; prosotan dengan pelepah kering, congklak, petak umpet, lompat tali, kelereng, patok lele, layang-layang, bakiak, engklek, pesawat-pesawatan dari kertas, dan masih banyak yang lainnya.

Sementara gadget dapat memberikan dampak negatif terhadap perkembangannya apalagi jika anak sudah dikenalkan sejak usia dini. Berbagai macam dampak negatifnya antara lain ; resiko terpapar radiasi, anak jadi kecanduan, tidak fokus belajar dan mempengaruhi psikologis anak yang dia dapatkan dari permainan game di dalamnya. Meskipun sebenarnya gadget juga mempunyai banyak manfaat jika kita menggunakannya dengan semestinya.

Mungkin saat ini kita sudah jarang melihat anak-anak memainkan permainan tradisional bahkan bisa dibilang langka atau mungkin sudah punah bagi kalangan anak-anak modern. itulah sebabnya kita sebagai generasi penerus yang pernah merasakan permainan tradisional wajib meneruskan warisan budaya ini kepada anak-anak generasi penerus kita. Agar mereka tumbuh menjadi anak yang cerdas dan mandiri dalam menjalani kehidupannya nanti ketika dewasa.

Dengan begitu banyaknya manfaat dari permainan tradisional dan dari pengalaman paling berkesan yang saya dapatkan dari anak saya, maka saya bisa mengatakan bahwa bermain 'alek-alek' lebih keren dari gadget.

Anda setuju?  


puji saputri

Comments

  1. jadi inget dulu main masak2an dengan teman , ada loh yang jadi suaminya , ihhh lucu kita masih polos

    ReplyDelete
  2. iya, mainan jadul yg sering kita mainin dulu sekarang udh susah nyarinya, aplg tuh bongkar pasang, aku udh kliling nyari tp g ktmu, hihihi

    ReplyDelete

Post a Comment

Populer

Jeritan Hati Seorang Janda

lifestyle.okezone.com Setiap manusia punya masa lalu, ntah itu baik atau buruk, apapun itu semua merupakan jalan kehidupan yang harus dilalui dan dijalani oleh manusia. Dan apapun yang manusia hadapi semua adalah jalan terbaik baginya. Mungkin tak baik bagi manusia tapi baik menurut Allah. Baik bagi manusia belum tentu baik bagi Allah. Setiap manusia sudah ada jalan kehidupannya sendiri, garis nasib manusia baik untuk urusan kematian, rejeki, bahkan jodoh sudah ditentukan sejak masih di dalam kandungan ibunya. Ada yang dijodohkan dengan orang kaya, orang biasa, bangsawan, janda dan duda. Tak ada yang bisa melawan takdir. Manusia Diciptakan hanya untuk menjalankan skenario yang telah ditetapkan Tuhan.

Wahai Para Suami, Jangan Pisahkan Istrimu Dari Orangtuanya

konsultasisyariah.com Taat kepada suami setelah menikah adalah surga bagi istri. Karena surga dan neraka istri adalah suaminya. Bagi seorang perempuan yang sudah menikah, taat dan patuh pada suami lebih utama dibanding taat pada orangtua.

Penyesalan Seorang Suami Yang Telah Menyia-nyiakan Istri Dan Anak-Anaknya

rmol.co Penyesalan itu datangnya selalu di akhir, kalau datangnya di awal itu namanya pendaftaran, hehe... pernah dengar kan tentang kata itu? Bicara soal penyesalan ya memang nggak ada habisnya. Apalagi jika kita sedang sendiri lalu teringat kenangan masa lalu tentang seseorang yang sangat kita sayangi dan cintai dengan setulus hati. Di saat penyesalan itu datang yang ada hanyalah duka yang teramat dalam dan sangat menyesakkan dada. Ingin rasanya untuk mengulang kembali sejarah masa lalu itu dengan tekad ingin memperbaiki semua. Namun apa daya dia telah pergi dan sudah bukan milik kita lagi.

Kisah Nyata yang Sedih dan Mengharukan 'Tragedi di Malam Pertama'

kabarmakkah.com Dulu ketika masih remaja, di saat gejolak jiwa anak muda masih menguasai hati dan pikirannya, paling pantang jika diharuskan untuk nurut kata orang tua. Masih ingin melakukan ini dan itu tanpa kekangan siapapun. Meski sebenarnya dia bukan anak yang nakal. Tapi ya... namanya juga anak muda gitu lo... Meskipun secara fisik terlihat pendiam dan penurut. Kenyataanyapun anak muda itu juga tidak lepas dari pantauan orang tuanya. Dia gadis yang lugu, manis, berwajah melankolis, pandai namun agak kurang suka bergaul dengan sembarang orang. Dia lebih suka di rumah membaca buku, menulis, dan belajar.

Punya Wajah Mirip Orangtua, Selalu bertengkar. Mitos atau fakta?

vemale.com Punya wajah yang mirip atau hampir mirip dengan wajah orangtua, baik ibu atau ayah mengakibatkan kita selalu bertengkar, benar nggak sih? Saya termasuk anak yang punya wajah mirip sekali dengan ibu saya. Orang-orang selalu mengatakan bahwa saya adalah fotokopi ibu. Apalagi jika bertemu dengan teman lama ibu, mereka selalu bilang "Kamu mirip sekali ya, persis seperti waktu ibumu masih gadis dulu."