Ingin Sukses Jadi Penulis? Inilah Rahasia dari Seorang Penulis Terkenal dan Pimpinan Editor DarMizan.
foto dari dinding Denny Meilizon |
Acaranya sangat seru dan ada banyak keistimewaanya, pertama, ini adalah pengalaman pertama saya ikut acara keren seperti ini sejak menjadi blogger beberapa bulan yang lalu. Kedua, pesertanya juga membludak sampai sebagian ada yang duduk di karpet karena tak kebagian kursi. Ketiga, saya ketemu pimpinan editor dari DarMizan secara langsung yaitu kang Benny Rhamdani yang mau membagi ilmunya tentang tulisan-tulisan seperti apa sih yang layak terbit. Keempat saya dapat ilmu lagi dari kak Maya Lestari GF yang merupakan mentor dan teman curhat saya kalau lagi bingung untuk mewujudkan mimpi saya dalam menerbitkan novel pertama saya yang sampai sekarang masih terombang ambing di meja penerbit. Mudah-mudahan Kak Maya tak keberatan saya sebut begitu. Dan yang kelima, acara ini juga tempat berkumpulnya para finalis duta baca Sumatera Barat tahun 2017 ini. Banyak kan keistimewaannya, tak sia-sia rasanya saya menitipkan balita saya pada ibu saya demi ikut acara ini.
Baiklah, saya akan langsung saja bagi ilmu yang saya dapat selama mengikuti acara ini. Ternyata jadi penulis itu memang nggak gampang. Meski konsisten dan dibutuhkan penjiwaan yang matang. Berikut tips dan trik dari Kak Maya Lestari GF yang bisa saya rangkum untuk dijadikan penyemangat kita untuk terus menulis sebuah cerpen / novel / tulisan apapun.
- Bawa notebook kemanapun pergi. Jadi ketika kita menemukan sebuah ide, kita bisa menulisnya langsung di notebook dan bisa kita jadikan bagian dari tulisan kita. Semakin banyak ide yang kita tulis semakin tinggi keinginan untuk menuliskan bagian-bagian dari ide-ide itu menjadi sebuah karya tulisan yang utuh.
- Selektif. Kita harus selektif dalam mempertimbangan tulisan kita. Bagaimana tulisan kita, apakah jalan ceritanya menarik atau membosankan atau kurang greget. Kak Maya pernah menulis yang tulisannya sudah sampai 250 halaman, tapi terpaksa di cut / mengulang kembali tulisannya dari halaman 80, halaman 81 sampai 250 terpaksa harus dibuang karena kalau terus dilanjutkan maka hasilnya tidak bagus.
- Penjiwaan. Memahami dan menyelami jiwa karakter dari tokoh dalam tulisan itu sangat penting. Misalnya saja kak Maya yang bukanlah seorang yang berlatar belakang pesantren mampu menghadirkan kesan pesantren yang kuat pada karakter tokoh utamanya yang bernama 'Nilam' dalam novel 'Habibie ya nour el ayn'. Bagaimana caranya? bisa dengan bertanya dan mendengarkan cerita langsung dari seseorang yang memang anak pesantren lalu cerita tadi kita pahami dan hayati sepenuh jiwa baru kemudian dituangkan dalam tulisan. Kalau memang ceritanya bahagia maka penulis juga bahagia ketika menulisnya, begitupun sebaliknya jika ceritanya sedih maka penulis juga menangis saat menulisnya. Hasilnya tulisan kita yang ditulis dengan sepenuh jiwa itu membuat pembaca juga akan merasakan penjiwaannya. Dan ketika pembaca terhanyut dalam cerita yang kita tulis yang mungkin bisa sampai mengharu biru maka di situlah tulisan kita bisa dikatakan sukses.
- Konsisten. Memang menulis itu tidak gampang, untuk menghasilkan sebuah novel kadang penulis merasa buntu, bosan atau penuh. Wajar jika penulis mengendapkan tulisannya untuk beberapa waktu. Dan kak Maya butuh waktu dua tahun untuk menyelesaikan novel 'Habibie ya nour el ayn' ini. karena sempat mengendap cukup lama lalu kembali dilanjutkan. Tapi sebenarnya jika konsisten hanya bisa diselesaikan dalam waktu tiga bulan.
- Tawarkan ke penerbit. Jika tulisanmu sudah selesai maka waktunya untuk menawarkan pada penerbit, siapa tahu tulisanmu lolos seleksi dan layak terbit. Semangat ya,,, dan teruslah menulis.
foto dari dinding Yervi Hesna |
Namun bagaimana caranya agar tulisan kita bisa lolos seleksi dan layak terbit? saya ada bocorannya nih dari Kang Benny Rhamdani yang seorang cheff editor di penerbit DarMizan.
- Bicara soal selera pasar, untuk 5-10 tahun ke depan memang tidak bisa ditentukan. Kata kang Benny selera pasar itu kita yang menciptakan. Kalau tulisan kita memang bagus dan berkualitas bisa saja jadi best seller dan akan terus dicetak karena memang permintaan pasar dan selama tulisan kita masih menarik dan diminati para pembaca.
- Bicara soal layak terbit. Sebuah buku menjadi layak terbit bukan karena sudah punya nama besar atau sudah punya banyak karya. Kang Benny bilang ada kok yang hanya seorang anak tukang bakso atau tukang sate yang sudah melahirkan beberapa buku. Intinya teruslah menulis, selagi tulisan kita memang bagus, menarik, punya pesan moral dan karakternya kuat pasti diterbitkan meskipun kita bukan penulis terkenal.
- Bicara soal genre tulisan. Memang sih DarMizan selama ini lebih banyak menerbitkan buku-buku bertema cerita anak dan remaja. Kalau tulisan kita punya genre yang lain maka kita bisa tawarkan ke penerbit lain yang biasa mengeluarkan buku-buku yang sesuai dengan genre tulisan kita.
- Bicara soal EYD. Saya pernah tanya mengenai ini pada Kak Maya perihal naskah novel saya yang kemarin ditolak oleh salah satu penerbit. Saya tanya gini "Kak, apa perlu saya edit atau perbaiki EYD nya biar naskah saya lolos seleksi?" Kak Maya bilang tidak perlu karena walaupun sudah kita edit tetap saja naskah kita akan di edit ulang oleh editor dari penerbit tersebut. Kata kang Benny "Tulislah sesuai dengan EYD karena editor juga manusia biasa seperti penulis." Jadi saya simpulkan kedua saran itu menjadi satu kesatuan yaitu : Tulislah naskah sesuai dengan EYD semampu yang kita bisa, kalau tulisan kita sudah benar EYD nya, maka editor hanya tinggal menambahkan sedikit saja. Lagipula kalau tulisan kita sudah betul EYD nya tentu lebih enak dibaca. Siapa tahu karena berkurangnya kerja editor yang tidak perlu susah payah bisa membuat naskah kita diterima.
- Bicara soal judul. Sepanjang pantauan selama ini sepertinya pembaca lebih tertarik dengan judul yang konotasinya negatif, misalnya 'Bad Boy' 'Bad' aja laris apalagi 'Best' kata Kang Benny sambil berkelakar.
- Gunakan quad. Quad sangat mendukung tulisan kita agar jadi lebih menarik dan digandrungi para pembaca. Tak jarang pembaca juga mencoba menuliskan quad yang ada pada tulisan kita menjadi status di medsos agar terlihat romantis dan puitis atau pembaca jadi terharu karena merasa kata-kata dalam tulisan kita benar adanya. Pernah nggak sih ketika kita membaca novel terus ketemu dengan kalimat yang membuat kita merasa "Wah ini aku banget" atau "Ini pacarku banget." Nah, itulah quad.
Jadi intinya, teruslah menulis tentang apa saja. Menulis itu tidak hanya di kertas, di dunia maya juga bisa menulis. Jika tulisanmu tak bisa dibaca di media cetak setidaknya tulisanmu bisa dibaca di media sosial. Banyak juga kok tulisan-tulisan di medsos yang membuat penulisnya jadi terkenal karena tulisannya dibaca oleh jutaan viewer. Jadi tak ada halangan apapun untuk menulis.
puji saputri
Mulai dr yg point pertama dlu deh kayaknya aku mbk, bawak notebok kmna2,
ReplyDeleteTengkiu share ilmu kecenya mbk
Sama-sama mbak,,, semangat ya,,,
Delete