Skip to main content

Percuma Kamu Cantik Jika Kamu Tak Peduli Hal Yang Satu Ini

sigambar.com
Sedari kecil saya diajarkan untuk disiplin oleh orang tua saya, baik dalam segala hal apalagi waktu dan kebersihan. Kata ibu saya "Perempuan itu kalau mau dibilang cantik, tidak hanya bedak yang tebal atau penampilan yang keren tapi perempuan yang cantik itu adalah perempuan yang pintar ngurus rumah. Percuma kamu cantik kalau rumahmu berantakan, percuma kamu cantik kalau kamar mandimu berlumut". Plak, rasanya saya merasa tertampar ketika ibu saya bicara begitu dulu ketika saya masih remaja.


Dulu, ketika bangun tidur, saat orang tua saya melihat tempat tidur belum rapi, selimut belum terlipat, ibu marah, "Beginikah kamar anak gadis kalau bangun tidur?" Kata ibu sambil melotot. Jika sewaktu-waktu ibu memeriksa meja dan kursi, jika berdebu tak jarang ibu memanggil dengan sedikit teriak. Sadis emang, tapi baru akhirnya saya sadari kalau yang dikatakan ibu saya itu ada benarnya. Semua itu ternyata sangat bermanfaat untuk saya. Ternyata ibu sangat sayang dengan saya dan semata-mata ibu ingin menjadikan saya perempuan yang hebat. Ya, hebat ngurus rumah.

Hasil didikan itu, saya tumbuh menjadi remaja yang fokus untuk menciptakan rumah terlihat rapi, luar biasa bersih tanpa cela. Saya jadi rajin memajang-majang foto, vas bunga, atau menata pernak-pernik untuk mempercantik rumah. Jika malam minggu, ada teman saya datang ke rumah, saya lebih mempedulikan kebersihan rumah saya dari pada pakaian apa yang akan saya pakai, apakah masih ada debu, lantainya sudah bersih apa belum, lantai kamar mandi tidak licin dsb. Karena ibu bilang, "Kalau kamu cantik tapi rumahmu kotor dan berantakan tak ada gunanya, karena kamu nanti akan jadi istri dan ibu" Awalnya saya tak faham apa maksud ibu ternyata baru saya sadari sekarang.  Memang top didikan keras orangtua jaman dulu yang terkadang di cap killer oleh anak jaman sekarang.

Coba perhatikan anak sekarang, dimana para remaja putri lebih asyik dan rela menghabiskan waktu berjam-jam di depan laptop, gadget atau komputer sehingga tak peduli lagi dengan lingkungan sekitar. Memang sekarang kita hidup di jaman yang sudah modern dimana segala sesuatunya bergantung dengan kecanggihan tekhnologi, tapi ya jangan sampai membuat kita lupa akan keadaan sekitar kita. Masak iya, untuk membereskan tempat tidur atau menyapu dan membersihkan rumah saja tidak sempat. Bukan tidak sempat sebenarnya tapi pola pikir jaman anak sekarang sudah terhipnotis oleh beragam aplikasi di dalam gadgetnya. Sehingga anak seperti sudah mati otaknya dan tak lagi memperhatikan hal-hal sepele itu.

Lihat saja sekarang, orang-orang berpacu dalam teknologi, tapi melupakan hal-hal yang mendasar yang sangat penting. Para orangtua juga berlomba-lomba mengadakan fasilitas yang lengkap untuk anaknya demi tidak ingin anaknya di cap kampungan atau tidak keren. Rela melakukan apapun permintaan anak termasuk membersihkan kamar dan pakaian anak agar anak tak terusik memainkan gadgetnya. Bahkan membelikan gadget keluaran terbaru agar anak tidak ketinggalan jaman. Ada pula ibu-ibu muda yang malah dengan sengaja memberikan gadget pada balitanya agar anaknya tidak rewel dan si ibu juga tak terganggu main gadget. Sebegitukah dahsyatnya gadget? Sehingga tak peduli lagi dengan rumah yang berantakan, belum masak, belum mencuci dan sebagainya.

Banyak remaja putri yang tak peduli orangtuanya yang sudah penat seharian bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Banyak anak yang tak pernah ke dapur sekedar untuk membantu ibunya, banyak juga yang membantah sewaktu disuruh ibunya membantu, ada juga anak yang memaki orangtuanya karena tak sanggup belikan HP keluaran terbaru. Mestinya ngaca dulu bagaimana keadaan orangtua, bagaimana keuangan orangtua. Keluar rumah bak anak pejabat padahal rumahnya hanyalah gubuk tua. Bergaul dengan lingkungan elit yang mau tak mau menuntutnya untuk tampil sempurna mengikuti tren. Beginikah besarnya pengaruh pergaulan zaman sekarang? Banyak anak muda yang tak sadar diri akan keadaan orangtuanya.

Dari pengalaman saya mengunjungi rumah teman dan saudara, sepintas mereka terlihat rapi, bersih dan parlente tapi untuk membereskan kamar dan pakaiannya saja, semua dilakukan ibunya. Jika kehidupan yang lebih mapan, ya mungkin semua diserahkan pada asisten rumah tangga. Mirisnya lagi ada teman saya yang secara penampilan nampak keren tapi sewaktu menyambangi rumahnya, rumahnya sangat sederhana, saya disuguhi air dalam kemasan botol yang diambilnya dari dalam lemari pendingin. Semua berantakan dan ada aroma tak sedap tercium ntah dari mana, jika ada anak kecil mungkin masih bisa dimaklumi, tapi ini tidak ada anak kecil sama sekali. Teman saya ini punya dua orang anak itupun sudah besar-besar. Mereka asyik bermain gadget seharian. Teman saya juga santai saja tak terlalu peduli dengan rumahnya. Katanya "Harap maklum ya, rumah saya berantakan, saya sibuk terus, jualan online bikin saya capek jadi nggak sempat bereskan rumah. Kalau nggak sempat masak ya beli, kalau nggak sempat nyuci ya laundry aja, nggak usah repot-repot, cari yang praktis saja, santai aja kok saya,,," tapi saya perhatikan untuk melukis alis dan memoles make up diwajahnya saya yakin waktunya tidaklah sebentar. Tapi kenapa membereskan rumah saja sampai tak punya waktu. Apakah itu baik? 

Bukan hasil kerjanya sebenarnya yang jadi masalah, tapi kualitas dari manusianya. Jika tak sempat masak atau mencuci bisa kerahkan jasa layanan laundry atau cattering. Tapi bagaimana kualitas anak-anak kita sementara kita para orangtua tak pernah mendidik dan mengajarkan cara membereskan rumah. Bukankah anak itu adalah penerus kita yang akan kita persiapkan untuk masa depannya nanti. Bagaimana jika kelak dia menikah sementara dia tak punya perbekalan ilmu yang matang dalam menghadapi kehidupan berumah tangga. Mencuci saja tak pandai karena tak pernah diajari, menggoreng telur tak tau caranya karena tak pernah diajak ke dapur, apalagi hal-hal yang lain.

Coba bayangkan jika kelak dia sukses dan harus pergi ke luar negeri sementara tak pernah diajarkan tentang kemandirian. Apakah akan selamanya kita orangtua bisa mendampingi anak-anak kita? Itu baru contoh yang baik, bagaimana jika anak kemudian bernasib kurang beruntung dan mengharuskan mereka hidup dengan kekurangan, bekerja jadi buruh kasar, tentu anak menjadi canggung karena tak tahu apa-apa dan bisa-bisa memicu permasalahan ke depannya. Paling tidak bagi kehidupan pernikahannya. Lantas kita menyalahkan anak yang tak bisa apa-apa? Siapa sih yang salah sebenarnya? orangtua yang yang tak mengajarkan kemandirian atau anak yang tak mandiri?

Saya masih tertarik untuk menanamkan pola keras orangtua saya dulu pada anak saya sekarang. Bukan karena kejam dengan anak, tapi justru karena saya sayang dengan mereka. Kehidupan nanti justru lebih keras dari sekarang, maka saya ingin anak saya tumbuh menjadi manusia yang tangguh dan mandiri yang tak takut/gentar oleh keadaan apapun karena sudah punya bekal kemandirian yang cukup. Mudah-mudahan saya bisa menerapkan itu semua.

Jadi cantik itu memang perlu, tapi jika kamu cantik tapi rumahmu berantakan, rasanya percuma saja. Bukankah kebersihan itu sebagian dari iman? Nenek saya pernah bilang "Kalau kamu nggak bisa ngurus rumah maka jangan harap kamu akan dilamar orang" Mungkin kata-kata ini terdengar sangat kuno dan sepele tapi saya kok lebih setuju dengan pesan nenek saya ini dari pada memilih hidup yang praktis dan mengandalkan jasa orang lain. Jadi jangan bangga kamu cantik jika rumahmu berantakan. Cantik itu luar dalam secara keseluruhan, bukan karena dipoles saja.


puji saputri

Comments

Populer

Jeritan Hati Seorang Janda

lifestyle.okezone.com Setiap manusia punya masa lalu, ntah itu baik atau buruk, apapun itu semua merupakan jalan kehidupan yang harus dilalui dan dijalani oleh manusia. Dan apapun yang manusia hadapi semua adalah jalan terbaik baginya. Mungkin tak baik bagi manusia tapi baik menurut Allah. Baik bagi manusia belum tentu baik bagi Allah. Setiap manusia sudah ada jalan kehidupannya sendiri, garis nasib manusia baik untuk urusan kematian, rejeki, bahkan jodoh sudah ditentukan sejak masih di dalam kandungan ibunya. Ada yang dijodohkan dengan orang kaya, orang biasa, bangsawan, janda dan duda. Tak ada yang bisa melawan takdir. Manusia Diciptakan hanya untuk menjalankan skenario yang telah ditetapkan Tuhan.

Wahai Para Suami, Jangan Pisahkan Istrimu Dari Orangtuanya

konsultasisyariah.com Taat kepada suami setelah menikah adalah surga bagi istri. Karena surga dan neraka istri adalah suaminya. Bagi seorang perempuan yang sudah menikah, taat dan patuh pada suami lebih utama dibanding taat pada orangtua.

Penyesalan Seorang Suami Yang Telah Menyia-nyiakan Istri Dan Anak-Anaknya

rmol.co Penyesalan itu datangnya selalu di akhir, kalau datangnya di awal itu namanya pendaftaran, hehe... pernah dengar kan tentang kata itu? Bicara soal penyesalan ya memang nggak ada habisnya. Apalagi jika kita sedang sendiri lalu teringat kenangan masa lalu tentang seseorang yang sangat kita sayangi dan cintai dengan setulus hati. Di saat penyesalan itu datang yang ada hanyalah duka yang teramat dalam dan sangat menyesakkan dada. Ingin rasanya untuk mengulang kembali sejarah masa lalu itu dengan tekad ingin memperbaiki semua. Namun apa daya dia telah pergi dan sudah bukan milik kita lagi.

Kisah Nyata yang Sedih dan Mengharukan 'Tragedi di Malam Pertama'

kabarmakkah.com Dulu ketika masih remaja, di saat gejolak jiwa anak muda masih menguasai hati dan pikirannya, paling pantang jika diharuskan untuk nurut kata orang tua. Masih ingin melakukan ini dan itu tanpa kekangan siapapun. Meski sebenarnya dia bukan anak yang nakal. Tapi ya... namanya juga anak muda gitu lo... Meskipun secara fisik terlihat pendiam dan penurut. Kenyataanyapun anak muda itu juga tidak lepas dari pantauan orang tuanya. Dia gadis yang lugu, manis, berwajah melankolis, pandai namun agak kurang suka bergaul dengan sembarang orang. Dia lebih suka di rumah membaca buku, menulis, dan belajar.

Punya Wajah Mirip Orangtua, Selalu bertengkar. Mitos atau fakta?

vemale.com Punya wajah yang mirip atau hampir mirip dengan wajah orangtua, baik ibu atau ayah mengakibatkan kita selalu bertengkar, benar nggak sih? Saya termasuk anak yang punya wajah mirip sekali dengan ibu saya. Orang-orang selalu mengatakan bahwa saya adalah fotokopi ibu. Apalagi jika bertemu dengan teman lama ibu, mereka selalu bilang "Kamu mirip sekali ya, persis seperti waktu ibumu masih gadis dulu."