anindyajati.wordpress.com |
Suami : "Apakah kamu bahagia menikah denganku?"
Istri : "Ya, aku bahagia."
Padahal jauh di dalam lubuk hati si istri, dia merasa tertekan karena suaminya terlalu protektif sehingga tidak pernah mengijinkan dirinya pergi keluar sekedar untuk melakukan 'me time' yang seharusnya dibutuhkan seorang istri. Tapi demi menghindari pertengkaran istri berbohong.
Atau
Istri : "Apakah kamu menyesal telah menikahiku?"
Suami : "Tidak, untuk apa menyesal, kau adalah pilihanku diantara berjuta wanita di luar sana. Aku beruntung memilikimu"
Padahal dalam hati suami kewalahan mengontrol keuangan istri yang dirasa sangat kelewat boros. Tapi demi menghindari perdebatan, suami berbohong.
Atau
Suami : "Ma, bikinkan papa opor ayam dong,,, udah lama nggak makan opor ayam"
Istri : "Boleh, nanti mama masakin buat papa"
(selang dua jam berkutat di dapur)
Istri : "Gimana pa, enak nggak opor ayam buatan mama"
Suami : "Enak banget ma, mama pinter deh, makasi ya..." (sambil nyengir)
Padahal suami sudah eneg menahan mual karena bau amis ayam yang masih terasa. Dan istri baru mengetahui suami berbohong setelah mencicipinya sendiri.
Pernah merasakan hal semacam ini? semua pasangan pasti pernah merasakannya ntah itu kopi yang sama sekali tidak enak dikatakan enak, hubungan intim yang dikatakan enak padahal sama sekali tidak menggairahkan, dan masih banyak lain.
Apakah berbohong pada pasangan dalam perkawinan itu baik dalam kelangsungan sebuah pernikahan? katakanlah bohong demi kebaikan. Dan apa yang membuat pasangan berdusta?
Berdusta adalah bagian dari sifat yang kurang sempurna dari seorang manusia. Ada banyak tujuan pasangan berdusta antara lain : Berdusta agar tidak saling menyakiti atau disakiti. Berdusta untuk mendapatkan keuntungan dari situasi, untuk menghindari hukuman, berdusta untuk melancarkan segala sesuatu, berdusta karena takut, dll.
Namun di antara sekian banyak mengapa seseorang berdusta ada tiga motif yang paling mendasar mengapa pasangan berdusta, yaitu : Untuk perlindungan, untuk menipu dan untuk mendapatkan keuntungan diri sendiri atau orang lain.
Kebanyakan orang secara tidak sadar pernah berdusta meski hanya dusta kecil demi kebaikan. Menurut Ellyn Bader,Ph.D., dalam bukunya 'Tell Me No Lies' kebanyakan pasangan berdusta karena ingin menghindari konflik. Sementara menurut Judith Sills,Ph.D., dalam bukunya 'Excess Baggage' mengatakan bahwa dusta merupakan apa yang kita katakan dan apa yang kita tidak ingin katakan. Menyembunyikan sesuatu yang menurut kita dapat memicu pertengkaran. Takut akan terjadi sesuatu yang buruk jika kita mengatakan yang sebenarnya.
Ada 4 jenis dusta menurut Dr Bader :
1. Dusta karena cinta
Dusta dalam contoh "Papa ganteng deh kalau pakai baju merah." atau "Mama cantik dan seksi deh kalau habis mandi dengan rambut basah begini" dusta seperti ini tidak destruktif bahkan jika kita tidak pernah mengatakannya berarti kita tidak menyayanginya.
2. Dusta untuk menghindari konflik.
Kita mencoba menutupi sesuatu hal yang jika memberitahu pasangan maka dia akan marah. meski bohong untuk menghindari kemarahan ini tidak terlalu parah namun jika dibiarkan maka akan menjadi kebiasaan sehingga bisa menghambat pembentukan otot emosional yang semestinya digunakan untuk menceritakan sesuatu yang benar-benar penting.
3. Dusta pasif-agresif.
Dusta yang mengatakan "Aku akan potong rumput belakang rumah minggu depan" atau "Liburan nanti aku akan ajak kamu jalan-jalan." Namun setelah sampai pada waktu yang dijanjikan dia ingkar maka berarti dia berdusta.
4. Dusta yang jahat.
Dusta ini bersifat destruktif, sering mengarah pada menutupi fakta penting atau mengubah fakta dan sangat mengkhianati hati pasangannya.
Semua tergantung kita mau memilih berdusta atau tidak, Apakah harus mengatakan yang sebenarnya atau memberi batasannya?
Menurut Richard Stuart,Ph.D., Ahli psikologi klinik dalam bukunya 'Second Marriage'. Jika pasangan yang jujur dan menceritakan segala sesuatunya sesuai dengan apa adanya maka akan banyak informasi yang menyakitkan yang didapatkan. Namun untuk itu dilakukan sebuah strategi yang menggunakan kejujuran terukur yang dapat menyeimbangkan antara kasih sayang dengan kenyataan yang pahit agar hati pasangan tidak tersakiti secara langsung.
Mudah-mudahan dusta demi dusta yang kita lakukan bukanlah dusta yang jahat atau dusta yang pasif-agresif namun jadikan dusta itu sebagai dusta untuk menghindari konflik dan dusta karena cinta. Jadi apakah baik melakukan kebohongan kepada pasangan dalam perkawinan agar tidak terjadi konflik?
Tapi kalau menurut saya, katakanlah yang benar kalau itu memang benar, walaupun sakit tetap kejujuran yang lebih diutamakan. Kejujuran lebih dihargai dari sebuah kebohongan, sekecil apapun itu kebohongan tetaplah kebohongan. Namun jika kebohongan itu akan memperparah keadaan alangkah baiknya katakan nanti di saat yang lebih baik dengan waktu dan suasana yang baik. Karena bagaimanapun kita menyimpan bangkai suatu saat akan tercium juga. Dan seburuk-buruknya kebenaran adalah kebenaran yang didapatkan dari orang lain.
Semoga perkawinan kita tetap langgeng dan awet meskipun ada dusta diantara kita, (dusta yang baik maksudnya, bukan dusta yang jahat). Seperti halnya seorang suami yang tetap mencintai istrinya yang kini sudah berubah jadi jelek karena sebuah kecelakaan yang membuat wajah istrinya hancur. Di saat sang istri bertanya pada suaminya "Apakah kamu masih mencintaiku dengan kondisi wajahku yang buruk dan buta seperti ini? suami menjawab "Kamu tetap wanita tercantik bagiku, dan aku akan selalu mencintaimu"
puji saputri
Berdusta adalah bagian dari sifat yang kurang sempurna dari seorang manusia. Ada banyak tujuan pasangan berdusta antara lain : Berdusta agar tidak saling menyakiti atau disakiti. Berdusta untuk mendapatkan keuntungan dari situasi, untuk menghindari hukuman, berdusta untuk melancarkan segala sesuatu, berdusta karena takut, dll.
Namun di antara sekian banyak mengapa seseorang berdusta ada tiga motif yang paling mendasar mengapa pasangan berdusta, yaitu : Untuk perlindungan, untuk menipu dan untuk mendapatkan keuntungan diri sendiri atau orang lain.
Kebanyakan orang secara tidak sadar pernah berdusta meski hanya dusta kecil demi kebaikan. Menurut Ellyn Bader,Ph.D., dalam bukunya 'Tell Me No Lies' kebanyakan pasangan berdusta karena ingin menghindari konflik. Sementara menurut Judith Sills,Ph.D., dalam bukunya 'Excess Baggage' mengatakan bahwa dusta merupakan apa yang kita katakan dan apa yang kita tidak ingin katakan. Menyembunyikan sesuatu yang menurut kita dapat memicu pertengkaran. Takut akan terjadi sesuatu yang buruk jika kita mengatakan yang sebenarnya.
Ada 4 jenis dusta menurut Dr Bader :
1. Dusta karena cinta
Dusta dalam contoh "Papa ganteng deh kalau pakai baju merah." atau "Mama cantik dan seksi deh kalau habis mandi dengan rambut basah begini" dusta seperti ini tidak destruktif bahkan jika kita tidak pernah mengatakannya berarti kita tidak menyayanginya.
2. Dusta untuk menghindari konflik.
Kita mencoba menutupi sesuatu hal yang jika memberitahu pasangan maka dia akan marah. meski bohong untuk menghindari kemarahan ini tidak terlalu parah namun jika dibiarkan maka akan menjadi kebiasaan sehingga bisa menghambat pembentukan otot emosional yang semestinya digunakan untuk menceritakan sesuatu yang benar-benar penting.
3. Dusta pasif-agresif.
Dusta yang mengatakan "Aku akan potong rumput belakang rumah minggu depan" atau "Liburan nanti aku akan ajak kamu jalan-jalan." Namun setelah sampai pada waktu yang dijanjikan dia ingkar maka berarti dia berdusta.
4. Dusta yang jahat.
Dusta ini bersifat destruktif, sering mengarah pada menutupi fakta penting atau mengubah fakta dan sangat mengkhianati hati pasangannya.
Semua tergantung kita mau memilih berdusta atau tidak, Apakah harus mengatakan yang sebenarnya atau memberi batasannya?
Menurut Richard Stuart,Ph.D., Ahli psikologi klinik dalam bukunya 'Second Marriage'. Jika pasangan yang jujur dan menceritakan segala sesuatunya sesuai dengan apa adanya maka akan banyak informasi yang menyakitkan yang didapatkan. Namun untuk itu dilakukan sebuah strategi yang menggunakan kejujuran terukur yang dapat menyeimbangkan antara kasih sayang dengan kenyataan yang pahit agar hati pasangan tidak tersakiti secara langsung.
Mudah-mudahan dusta demi dusta yang kita lakukan bukanlah dusta yang jahat atau dusta yang pasif-agresif namun jadikan dusta itu sebagai dusta untuk menghindari konflik dan dusta karena cinta. Jadi apakah baik melakukan kebohongan kepada pasangan dalam perkawinan agar tidak terjadi konflik?
Tapi kalau menurut saya, katakanlah yang benar kalau itu memang benar, walaupun sakit tetap kejujuran yang lebih diutamakan. Kejujuran lebih dihargai dari sebuah kebohongan, sekecil apapun itu kebohongan tetaplah kebohongan. Namun jika kebohongan itu akan memperparah keadaan alangkah baiknya katakan nanti di saat yang lebih baik dengan waktu dan suasana yang baik. Karena bagaimanapun kita menyimpan bangkai suatu saat akan tercium juga. Dan seburuk-buruknya kebenaran adalah kebenaran yang didapatkan dari orang lain.
Semoga perkawinan kita tetap langgeng dan awet meskipun ada dusta diantara kita, (dusta yang baik maksudnya, bukan dusta yang jahat). Seperti halnya seorang suami yang tetap mencintai istrinya yang kini sudah berubah jadi jelek karena sebuah kecelakaan yang membuat wajah istrinya hancur. Di saat sang istri bertanya pada suaminya "Apakah kamu masih mencintaiku dengan kondisi wajahku yang buruk dan buta seperti ini? suami menjawab "Kamu tetap wanita tercantik bagiku, dan aku akan selalu mencintaimu"
puji saputri
Comments
Post a Comment