thisisgender.com |
Memang sih sejak aqil baligh perempuan memang tidak bisa melakukan puasa dengan full, pasti ada bolongnya karena tamu bulanan yang datang sebagai kodrat kita sebagai perempuan. Malah kalau nggak datang kitanya jadi panik.
Belum lagi perempuan yang harus hamil dan menyusui, dan tidak bisa memaksakan untuk tetap berpuasa, memang sih ada perempuan yang tetap masih bisa puasa meski sedang hamil dan menyusui. Tapi bagi saya yang termasuk agak rewel kalau sedang hamil, muntah terus sejak hamil sampai lahiran, gimana mau puasa? di masa menyusui juga sama, pernah saya coba puasa malah anak saya jadi diare dan kasihan badannya jadi lemes dan beratnya juga turun drastis. duh nelangsanya jadi ibu...
Tapi ternyata islam itu indah kok, islam tidak memberatkan dan memberikan kemudahan buat ibu-ibu rewel seperti saya. Islam memberikan keringanan untuk orang-orang yang memang ada uzur yang syar'i dan tidak bisa berpuasa. Bahkan membolehkan untuk tidak puasa. Tapi bukan berarti hukum wajib puasa itu jadi gugur, kita tetap harus membayarnya dengan qadha puasa di hari yang lain di luar bulan ramadhan.
Pernah nggak terlintas dalam pikiran, seorang wanita yang sudah menikah, hamil dan menyusui selama dua tahun, kemudian hamil lagi, menyusui lagi, hamil lagi dan begitu terus sampai memiliki beberapa orang anak. Bagaimana cara mengqadha puasanya? Ada juga hadist yang mengatakan bisa diganti dengan membayar fidyah. Dan banyak pendapat ulama tentang hal ini. Tapi selama kita masih mampu dan tidak sakit menahun, maka mengqadha
puasa tetap lebih utama. Sekali lagi, islam itu indah dan tidak memberatkan umatnya. Ustadz saya pernah bilang tetap mengqadha puasa di hari lain sebanyak puasa yang ditinggalkan semampu yang kita bisa, selanjutnya serahkan pada Allah SWT. Lagipula Alhamdulillah tubuh saya juga masih sehat kenapa tidak berusaha untuk melakukannya?
Pernah juga nggak terlintas dalam pikiran sejak menstruasi sampai sekarang sudah berapa banyak hutang puasa kita yang belum terbayar? Kalau saya yang sejak umur 12 tahun sampai 35 tahun, berarti ada 23 tahun. Katakanlah hutang puasa dalam setahun ada 7 hari, jika dikalikan 23 tahun sudah 161 hari kan? Kebayang nggak berapa lama kita harus mengqadha puasa? Saya merasa ngeri dan takut karena hutang puasa yang belum terbayar dan jika tidak segera dibayar maka akan terus menumpuk tiap tahun. Belum lagi hutang puasa karena hamil dan menyusui sejak 12 tahun terakhir, ya sejak kehamilan anak pertama saya, hutangnya sudah pasti nambah karena puasanya bolong selama sebulan penuh. Dikalikan banyaknya anak dan lamanya menyusui, Waaa... banyak sekali,,, Ya Allah, maafkan hambamu yang lalai ini. Dan lalai karena mengulur-ulur waktu itu termasuk ke dalam maksiat, maka saatnya saya bertaubat dan berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan.
Dulu ketika masih remaja, saat hidayah belum datang pada saya, cieee... saat itu saya sudah tahu kalau qadha puasa itu wajib (dari usatadz, pengajian, wirid remaja) dan saya memang ada niat untuk membayarnya. Tapi saat usia sudah semakin tua, jadi banyak tafakur dan memuasabah diri sendiri. Tahu-tahu hutang puasa sudah sekian, waaaa.... kemana saja saya selama ini, terlena oleh dunia dan lupa akhirat, ingat! hutang itu wajib di bayar, selama masih di dunia bisa dibayar, nanti kalau di akhirat mau bayar pakai apa? Iya kalau saya banyak amal soleh, kalau yang saya lakukan lebih banyak dosa, gimana? saya jadi merinding...
Apalagi saya juga pernah dengar ada yang bilang kalau hutang puasa tahun lalu belum terbayar ketika masuk bulan ramadhan tahun ini maka hutangnya jadi berlipat ganda. Benar nggak sih? kalau benar wah jadi berapa tuh hutang puasa saya? ngeriii... Meski dulu saya sudah pernah mengqadhanya, tapi saya lupa sudah berapa, daripada kurang kan mending lebih apalagi jika mengqadhanya di hari senin dan kamis maka kita tidak akan rugi kan?
Tapi saya ingat saja pesan ustadz saya. "Bayarlah semampu yang kita bisa, selanjutnya serahkan pada Allah" yang penting harus serius dan bersungguh-sungguh membayarnya. Tapi intinya bagaimana bisa membayarnya? niat saja ternyata tidak cukup kalau tidak dibarengi action. Nah action ini yang berat, ada saja alasan begono-begini yang membuat saya lupa lagi lebih tepatnya mengulur-ulur waktu untuk qadha puasa. Alasan sibuklah, panaslah, nggak ada temanlah, besok sajalah, iya kalau umur saya masih panjang dan bisa menjamin masih hidup sekian tahun lagi, kalau malaikat mencabut umur saya sekarang gimana? Nggak ada yang bisa menjamin, kalau tidak sekarang ya kapan lagi...
Saya ada tipsnya nih,,,
1. Kuatkan iman.
Mulai berteman dan berkumpul dengan orang-orang dan lingkungan yang beriman membuat saya punya kekuatan dan energi baru untuk mempertebal iman yang cetek. Membaca buku-buku agama, mentadaburi isi Al-Quran, Mengetahui apa yang selama ini tidak saya ketahui. Betul kata pepatah, berteman dengan orang baik maka kita juga akan menjadi baik, berteman dengan orang buruk maka kita juga akan menjadi buruk.
2. Bertaubatlah.
Penting memuasabah diri sendiri, mengingat banyaknya dosa yang kita lakukan, mengingat ganjaran yang harus kita terima nanti di akhirat. Ingat amal jariyah apa yang nantinya akan terus mengalir meski kita sudah tiada. Apa manfaat diri kita bagi orang lain, keluarga dan lingkungan sekitar. Apakah semua amal ibadah yang kita lakukan sudah benar atau belum. Sudah sebanyak apa amal ibadah yang kita kumpulkan untuk modal kita di akhirat kelak? maka bertaubatlah agar Allah mengampuni semua dosa-dosa kita yang lalu dan berusaha untuk tidak mengulanginya di masa yang akan datang.
3. Nasehati diri sendiri.
Setelah memuasabah diri, nasehati diri sendiri. Mau kemanakah saya nanti. Apa saya sanggup menjalani pedihnya siksaan neraka? Apa saya pantas masuk syurga? apa yang harus saya lakukan untuk memperbanyak amal saya? apa semua sudah cukup?
4. Tanyakan diri sendiri.
Tanyakan pada hati sendiri dengan segenap kesungguhan hati, apakah saya ingin terus berleha-leha dengan nikmatnya dunia yang sesungguhnya hanya membutakan mata? Sampai dimana umur saya sehingga masih saja mengulur-ulur waktu. Bagaimana jika saya mati sementara saya belum melakukan apa-apa.
5. Kuatkan keinginan.
Jika niat sudah ada, maka kuatkan hati untuk bisa melakukannya. Berdoa agar diberi ketetapan hati untuk bisa melakukannya. Saya harus bisa!
6. Hapus kemalasan.
Tak jarang ketika sudah ingin mulai, timbul godaan dari mana saja, sehingga enggan lagi untuk mulai. Takut dibilang orang sok siak, sok alim, udah berubah sekarang, Hapus semua anggapan tak penting itu. Bagiku agamaku bagimu agamamu. Hapus kemalasan itu karena malas itu datangnya dari syetan.
7. Lakukan.
Ya, lakukanlah dengan Bismillah... Dulu saya lakukan dengan cara daud, sehari puasa sehari tidak puasa, tapi setelah beberapa waktu saya merasa seperti ada yang kurang karena puasa sunnat senin dan kamis tidak saya dapatkan dalam satu minggu itu, jika puasa hari senin hari kamisnya tidak dapat, jika puasa hari kamis hari seninnya tidak dapat. Sayang saja rasanya jika harus melewatkan dua hari yang istimewa itu begitu saja. Akhirnya saya putuskan untuk mengqadha puasa hari senin dan kamis saja. Niatnya gimana? ya niat qadha puasa Ramadhan. Ustadz saya bilang, mengqadha puasa pada hari senin dan kamis memang pilihan yang baik, karena selain kita mengqadha puasa, faedah dari puasa sunnat senin kamis tetap didapatkan. InshaaAllah Allah ridho.
Bagi saya, saat sudah mulai mengqadha beberapa kali lalu harus jeda lagi karena tamu bulanan, maka tak jarang juga saya jadi malas lagi untuk memulainya lagi di bulan berikutnya. Lalu saya kembalikan lagi niat saya semula yang ingin melakukan qadha puasa selama saya mampu dan berusaha untuk mewujudkannya. Yang penting kalau niat sudah ada, hati sudah mantap inshaaAllah akan terasa mudah dan ringan. Ketika menjalankannya juga tidak terasa berat meski cuaca sepanas apapun. Tapi jika punya suami, maka sangat perlu untuk meminta ijin pada suami terlebih dahulu. Apakah suami mengijinkan dan bisa bersabar jika menginginkan istri di siang hari. Jika bicara soal ketaatan maka ketaatan pada Allah berada di atas ketaatan pada suami. Ketika suami mendekat, "Pa, mama lagi puasa" Dan suami yang baik adalah suami yang mendukung istrinya untuk berjihad demi agama Allah. Bahkan bila perlu ajak sekalian suaminya untuk sama-sama berpuasa, indah bukan?
Tips ini bukan berarti menjamin agar hutang puasa lunas terbayar lho, hanya cara agar kita sukses meluluskan niat qadha puasa dan tidak lagi mengulur-ulur waktu untuk melakukannya. Akan lebih baik jika mengqadha puasa itu ketika selesai puasa syawal karena kita tak pernah tahu batas usia kita. Hutang puasa juga tidak menumpuk, tapi bagi yang masih malas dan suka menunda2 seperti saya ini nggak ada salahnya deh di coba tips ini. Karena hukumnya wajib selama tidak ada uzur yang syar'i. Soal hitungan yang pasti hanya Allah yang tahu, tugas kita membayarnya semampu kita dengan niat yang sungguh-sungguh. Mari kita sama-sama belajar dan berusaha. Wallahu a'lam bisyawab...
Selamat berjihad ya,,,
puji saputri
Hai mbaa..Aku jadi keingetan hutang puasa aku nih mba. Masih banyak krna pas hamil aku cuma dpt bbrp aja puasa ramadhannya..Makasih yaa tipsnya 😊
ReplyDeleteHai juga, iya nih, selagi masih bisa ya kita harus bayar, saya juga masih nyicil ni, hehe makasih kembali mbak, semoga sukses ya,,,
DeleteMeminta izin suami itu untuk puasa sunnah. Kalau qada puasa itu kan puasa wajib. Taat kepada Allah di atas taat kepada suami. CMIIW :-)
ReplyDeleteTapi dukungan suami emang jitu banget buat qada puasa. Biasanya suami sy nyemangatin kalau syawal udah lunas qada puasa. Karena kita tidak tahu sampai mana usia kita.
iya mbak, makasi juga sharringnya, :)
Delete